Polisi Periksa Kondisi Psikologis Tersangka Pedofil

Nicky Aulia Widadio
25/5/2017 19:52
Polisi Periksa Kondisi Psikologis Tersangka Pedofil
(Ilustrasi)

TERSANGKA kasus pedofil DA, 41, memiliki latar belakang sebagai korban pelecehan seksual. Penyidik kepolisian kini tengah melakukan pemeriksaan psikologis terhadap tersangka.

Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya sebelumnya menangkap DA di Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Ia diduga telah mencabuli anak kandungnya, DAE, 17, dan keponakannya, DAL, 10.

"Sepengakuan tersangka dia pernah menjadi korban sodomi," kata Direktur Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris Besar Wahyu Hadiningrat. DA pernah menjadi korban kejahatan seksual saat ia masih berusia 7 tahun. Hal tersebut dilakukan oleh teman laki-lakinya di Sumatra.

Terkait latar belakangnya sebagai korban kejahatan seksual, penyidik turut memeriksa kondisi psikologis DA. "Secara kasat mata dia baik-baik saja, tapi psikologisnya sedang kita periksa," kata Wahyu.

Oleh DA, kedua korban dilecehkan dan disetubuhi sejak masih berusia dini. Keponakannya, DAL, merupakan anak yatim berkebutuhan khusus yang tinggal bersama DA sejak berumur 7 tahun.

Perbuatan bejatnya tersebut bahkan kerap disiarkan secara live melalui Skype, baik melalui grup chat maupun orang per orang. Selain itu ia juga tergabung dalam grup pedofil dengan anggota dari berbagai negara seperti Kosta Rika, US, Meksiko, Brazil, Argentina, Peru, Chili, kolombia, India, dan Yaman.

DA tergabung dalam banyak grup yang berisi predator anak-anak, antara lain 28 grup whatsapp sengan 4221 anggota, 50 grup telegram dengan 14.045 anggota, 7 grup skype dengan 1023 anggota, serta 8 channel telegram.

"Dengan media Skype tadi, yang bersamgkutan mengundang dalam satu grup Skype menginformasikan lebih dahulu bahwa akan show, kemudian semua yang pakai skype bisa live streaming," tutur Wahyu.

Kepada wartawan, DA sempat mengaku menyesal telah melakukan perbuatan tersebut kepada anak dan keponakannya. Ia pun mengaku melakukan perbuatan demikian lantaran sering menonton video porno.

Menanggapi hal ini, pemerhati Anak Setyo Mulyadi ancaman kekerasan terhadap anak semakin tidak terduga, bahkan bisa dilakukan oleh orang terdekat sekali pun. "Kami menduga ini fenomena gunung es yang belum terungkap di sejumlah tempat. Ini peringatan bagi kita," kata Seto.

Menurutnya, baik pelaku maupun korban harus mendapat pendampingan psikologis dan terapi untuk menghindari trauma maupun penyimpangan yang lebih jauh lagi. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya