Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
MENDEKATI masuknya bulan suci Ramadan, sejumlah lampu merah di Kota Depok dalam beberapa hari belakangan mulai diserbu penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Sejumlah pemijat tunanetra kini mulai ikut-ikutan turun ke jalan untuk berharap belas kasihan pengendara.
Berdasarkan pemantauan kemarin (Rabu, 17/5), area favorit para PMKS untuk mengemis antara lain lampu merah pintu keluar Tol Cijago, Jalan Raya Bogor, lampu merah Cisalak dari arah Cibubur, lampu merah Jalan Dewi Sartika, lampu merah Jalan Arief Rahman Hakim, lampu merah Jalan Raden Ajeng Kartini (Pancoran Mas), dan lampu merah Jalan Sawangan ke arah Cinere.
Syarifah, 40, salah satu penumpang angkutan umum di Kota Depok, mengaku merasa terganggu oleh keberadaan gelandangan, pengemis, dan anak jalanan (gepeng/anjal) tersebut. Di tiap lampu merah, dirinya selalu dimintai uang oleh gepeng dan anjal.
"Terganggu karena mereka sampai masuk ke angkot. Bahkan ada yang meminta setengah memaksa dengan alasan buat makan. Ini petugas pada ke mana sih?" keluh warga Kampung Pekapuran Kelurahan Curug, Cimanggis, Depok, itu.
Ia makin heran saat melihat kelompok penyandang disabilitas kini ikut mengemis. "Dulu tunanetra jarang sekali terlihat di lampu merah, kenapa sekarang begitu, ya?" tanyanya.
Amin, 68, salah satu tunanetra yang kini ikut mengemis, mengaku terpaksa turun ke jalan karena usaha pijatnya sudah lama sepi order, sedangkan anak-istrinya tetap harus diberi makan.
"Nanti kalau sudah selesai Idul Fitri, saya kembali memijat. Saya hanya memanfaatkan momen bulan puasa dan Lebaran untuk mengemis. Saya sebenarnya juga tidak mau mengemis, tapi mau bagaimana lagi," kata Amin ketika ditemui di lampu merah Cisalak, Jalan Raya Bogor.
Atep, 12, siswa kelas 5 SD di Kota Depok, juga ikut-ikutan mengemis. Ia mengaku terpaksa melakukannya guna membantu perekonomian keluarga yang sedang morat-marit. Ayahnya tak punya pekerjaan tetap dan sudah sakit-sakitan dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga.
"Saya melakukan ini semata-mata untuk membantu ekonomi keluarga. Terlebih ayah saya juga sudah sering sakit-sakitan," ungkap Atep. Ia mengaku pekerjaan mengemis dilakukan mulai siang hingga sore, sepulangnya dari sekolah.
Saat menanggapi fenomena itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Depok Dudi Mirad'z Imamuddin mengatakan penertiban PMKS akan segera dilakukan.
"Kita akan tertibkan. Dalam waktu dekat PMKS akan ditertibkan Satpol PP Kota Depok, petugas akan ditempatkan di beberapa titik yang berpotensi ada PMKS," ujar Dudi. (J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved