Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
RATUSAN warga berkumpul di halaman sebuah tempat ibadah di Jalan Raya Kampung Sawah, Kelurahan Jatimelati, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Sabtu (13/5).
Beragam gunungan hidangan khas Betawi seperti dodol, teng-teng, rengginang, kue abug, serta hidangan rebusan, tertata rapi di depan pintu masuk.
Di samping pintu tampak sepasang ondel-ondel menyambut pengunjung.
Para tamu pria terlihat gagah mengenakan baju koko berwarna warni, kopiyah hitam, celana pangsi, dan ada pula yang melingkarkan kain sarung di pinggang.
Tamu wanita pun terlihat anggun mengenakan balutan kebaya encim.
Meski tamu undangan pada acara yang berlangsung di halaman Gereja Katolik Servatius itu mengenakan busana khas Abang dan Mpok Betawi, mereka bukan sedang menghadiri acara kebudayaan.
Mereka merupakan jemaah yang sedang melakukan misa kebaktian inkulturasi 'Sedekah Bumi'.
"Acara ini rutin digelar setiap tahun, sekitar bulan Mei," ungkap Wakil Paroki Gereja Santo Servatius Matheus Nalih Ungin, Sabtu (13/4).
'Sedekah Bumi' mulai menjadi upacara khusus di Gereja Servatius, Kampung Sawah, sejak 1996.
Kebetulan pada 13 Mei merupakan hari ulang tahun berdirinya Gereja Servatius dan saat itulah disepakati sebagai tanggal misa inkulturasi Betawi.
Pada acara inkultrasi itu, semua khas Betawi ditampilkan.
Mulai dekorasi, busana, tari-tarian, hingga lagu bernuansa Betawi.
Misa dimulai pukul 08.30 WIB dan seusai kebaktian, semua yang hadir menikmati aneka makanan khas Kampung Sawah, sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi.
Keriaan menikmati makanan diiringi lagu-lagu penyanyi legendaris Benyamin Sueb.
Rangkaian adat Betawi pun tersemat dalam acara.
Nah, ada lagi yang lebih seru. Sebelum acara puncak 'Sedekah Bumi', sehari sebelumnya berlangsung acara aduk dodol bersama selama tujuh jam sebelum misa dimulai.
Menakjubkan.
Acara ngaduk dodol di wilayah Kampung Sawah masih menggunakan peralatan persis zaman dahulu. Bahan baku dalam kuali besar berukuran diameter kurang lebih lima meter diaduk menggunakan spatula kayu yang diikatkan ke atas tiang.
Adonan dodol minimal diaduk dua orang secara bergantian selama tujuh jam itu.
Acara ngaduk dodol itu tak cuma ritual untuk menghasilkan penganan, tetapi juga menyiratkan nilai iman dan kemasyarakatan.
Misalnya, nilai silaturahim, gotong-royong, kerja keras, dan harmoni.
"Di sini, ngaduk dodol bukan hanya dalam rangka hari 'Sedekah Bumi'. Kami selalu bersama-sama ngaduk dodol pada Lebaran, Natal, resepsi pernikahan, dan acara adat lainnya," tukas Nalih. (Gana Buana/J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved