Selalu Ada Modifikasi soal Pengiriman Narkoba

Mal/J-3
10/5/2017 08:51
Selalu Ada Modifikasi soal Pengiriman Narkoba
(Kantor Bea dan CUkai Soekarno - Hatta bekerjasama dengan Bareskrim Polri menggagalkan empat upaya penyelundupan narkotika jenis sabu dengan total seberat 10,721 gram. -- ANTARA FOTO/Fajrin Raharjo)

SINDIKAT narkoba memiliki 1.001 cara untuk menyelundupkan barang haram itu ke Indonesia. Tujuannya ialah mengelabui petugas agar mereka tidak mudah mendeteksi pengirim­an barang haram tersebut.

Modus yang dipakai pun semakin beragam. Salah satunya memasukkan narkoba jenis sabu ke buffer dumper atau sebuah batangan besi. Kasus itu diungkap Bareskrim Polri bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Sabu seberat 84 kilogram dimasukkan ke 14 buffer damper setebal 2,5 cm. Buffer itu kemudian dikemas di peti kayu dan dimasukkan ke kontainer agar bisa lolos dari uji sinar x dan anjing pelacak.

“Modus melalui buffer itu baru pertama kali terjadi. Dulu biasanya melalui piston lalu genset. Setelah saya cek manfaat buffer itu tidak ada. Itu mereka sengaja desain sendiri agar enggak terdeteksi sinar x,” kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Eko Daniyanto kepada Media Indonesia, kemarin.

Modus penyelundupan serupa pernah terjadi pada Juni 2016 lalu saat Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkap sekitar 40 kilogram sabu yang dimasukkan ke pipa besi se-tebal hampir 10 cm.

Eko menjelaskan modus penyelundupan seperti itu biasa dilakukan para sindikat dari Taiwan dan Tiongkok. Modus itu dilakukan agar narkoba itu tidak terdeteksi oleh sinar x dan anjing pelacak.

“Kalau jaringan Afrika seperti Nigeria itu biasanya dimasukkan ke tas atau alat pijat refleksi,” jelas Eko

Bervariasi
Dari pemetaan polisi, ung-kap Eko, modus penyelundupan narkoba dari sindikat besar berubah-ubah. Pada 2011, sindikat menyelundupkannya melalui jalur ekspedisi laut. Pada akhir 2016 modus hampir sama, hanya rute pe-ngiriman tidak langsung ke Jakarta, tetapi melalui Aceh sampai Lampung.

“Perubahannya sangat terlihat, itu bagaimana mereka mengamuflase narkotika yang dikemas agar tidak bisa terdeteksi,” jelas Eko.

Lantaran itu, pihaknya mengintensifkan kerja sama dengan Dirjen Bea Cukai untuk mencegah narkoba yang terus masuk dengan beragam modus.

Sementara itu, pendiri Gerak­an Anti-Narkotika Nasional (Granat), Henry Yosodining­rat, mengatakan alat sinar x yang berada di bandara dan pelabuhan sudah tidak memenuhi standar untuk mendeteksi masuknya narkoba yang di-selundupkan dengan beberapa modus.

Karena itu, dia menyaran­kan pemerintah untuk menggantinya dengan alat yang lebih canggih.

“Mau mahal tidak apa-apa. Alat x-ray nya memang harus diganti. Lalu soal komitmen para operator yang mengecek itu, jangan sampai ada pihak yang bermain,” jelasnya (Mal/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya