Masyarakat Dukung Perlawanan lewat Bunga

Ricky Aulia Widodo
04/5/2017 09:32
Masyarakat Dukung Perlawanan lewat Bunga
(Mabes Polri dipenuhi puluhan karangan bunga di Jl Trunojoyo, Jakarta, Rabu (3/5). Karangan bunga yang dikirim oleh berbagai pihak dan elemen masyarakat itu sebagai wujud dukungan kepada TNI dan Polri. -- MI/Galih Pradipta)

RATUSAN karangan bunga berjajar rapi di sepanjang area depan Mabes Polri hingga Museum Polri. Di antara warna-warni bunga yang menarik mata, terpatri pesan-pesan bernada dukungan kepada Polri untuk menjaga keutuhan NKRI dan penolakan terhadap segala bentuk radikalisme dan tindakan intoleransi.

‘Rakyat Indonesia mendukung TNI dan Polri melawan intoleransi’, demikian pesan di salah satu karangan bunga di depan Gedung Mabes Polri, Jakarta Selatan. Nama pengirim tertulis ‘Silent Majority’.

Pesan itu bak menjawab seruan Kapolri Jenderal Tito Karnavian beberapa waktu lalu kepada mayoritas yang cenderung memilih diam. Padahal, tindakan radikal dan intoleransi bisa mengancam Pancasila.

“Mayoritas jangan hanya diam, silent majority. Tapi lebih bersuaralah. Tidak perlu berbuat militan seperti mereka, paling tidak bersuara-lah. Berikan dukungan kepada pemerintah, aparat penegak hukum. Itu sudah cukup,” kata Tito pada permulaan April silam.

Pesan pada karangan bunga lainnya berbunyi ‘Pak Kapolri, kami dukung bapak menyapu bersih kaum intoleran yang mau rubuhkan tiang Pancasila dan NKRI’.

Ada pula bunga dengan pesan bernada jenaka seperti ‘Selamatkan NKRI Berantas Radikalisme!!! Bergerak cussssss!!!’.

Atau ada pula “NKRI, Pancasila, & UUD 45 harga mati!!! Terima kasih TNI-Polri. Terima kasih Pak Tito sudah menga-wal keutuhan negeri ini. Kami macan ternak mendukung Bapak. Jangan kasih kendor, leeebbbaaasss!!!’.

Nama pengirimnya pun tidak kalah jenaka, ‘MAmak-mamak CANtek anTER aNAK’ yang mereka singkat menjadi ‘Macan Ternak’.

Seorang petugas provos yang berjaga di Mabes Polri mengatakan karangan bunga sebenarnya sudah mulai datang sejak Senin (1/5). Hanya saja, belum mencapai sepuluh buah sehingga masih cukup ditempatkan di depan lobi Divisi Humas Polri.

Hingga Selasa petang, jumlah karangan bunga itu terus bertambah, melampaui 200 buah. Mereka diletakkan berjajar dari depan Gedung Mabes Polri di Jalan Trunojoyo hingga ke Gedung Baharkam (Museum Polri).

Pemandangan itu pun menarik perhatian para pengendara motor di perempatan jalan tersebut. Sambil menunggu lampu merah, banyak dari mereka yang menoleh untuk ­memandangi, bahkan berhenti sejenak untuk berfoto dengan latar karangan bunga.

Di antara ratusan karangan bunga tersebut, ternyata ada pula yang ‘salah alamat’. Alih-alih memberi dukungan kepada Polri, karangan satu itu justru menyampaikan dukungan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan wakilnya, Djarot Saiful Hidayat.

‘Ahok dan Djarot tetap di hati kami’, dari ‘Yang tetap dukung Badja’.

Dukungan
Kapolri menyampaikan rasa terima kasih kepada para pengirim bunga. Bagi Polri, kiriman bunga itu bak dukungan untuk menindak tegas kelompok intoleran yang dapat mengganggu keutuhan NKRI.

“Dukungan ini akan membuat kami lebih komit, motivasi kami lebih tinggi dalam rangka melakukan tindakan,” kata Tito di lobi Rupatama Mabes Polri, kemarin.

Senada dengan Kapolri, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jendral Rikwanto mengatakan pesan-pesan tersebut dianggap sebagai wujud kepedulian masyarakat.

“Pengirimnya yang jelas warga negara Indonesia yang peduli akan situasi dan kondisi yang terjadi di Indonesia. Kita positive thinking. Sekaligus apresiasi, jadi masyarakat itu peduli terhadap kondisi di negara Republik Indonesia yang tercinta ini,” tuturnya.

Pengajar komunikasi politik Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi mengatakan hal itu merupakan simbolisasi dukungan yang sangat unik dan brilian oleh silent majority. Maknanya, sebagai perlawanan terhadap kelompok tertentu, seperti kelompok garis keras yang mengingkari Pancasila dan NKRI.

Pola penyampaian pesan semacam itu, menurutnya, lazim digunakan kelompok-kelompok prodemokrasi di berbagai belahan dunia. Pe-ngiriman bunga atau burung merpati dapat dilihat sebagai manifesto perdamaian.

“Pengiriman papan bunga, juga jangan dilihat sebagai sekadar ucapan selamat, tetapi juga mangandung simbolisasi yang dalam sebagai bentuk perlawanan terhadap keadaan yang sedang terjadi,” tandasnya. (Pol/J-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya