Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
RENCANA pembangunan jalan layang (flyover) Bulak Kapal, Bekasi Timur, masih sebatas impian. Pemerintah setempat menghadapi kesulitan dalam membebaskan lahan milik masyarakat.
Sudah lima tahun berjalan, rencana pembuatan jembatan layang yang bakal menghubungkan simpang Jalan Ir H Juanda, Jalan HM Joyomartono, dan Jalan Pahlawan itu belum juga terlaksana.
Jembatan layang tersebut sangat strategis karena pengguna yang mau melintas menuju Jalan Pahlawan dari Jalan Ir H Juanda maupun Jalan HM Joyomartono tak lagi terjebak kemacetan di pelintasan kereta api.
Masyarakat sudah kesal, bahkan cenderung frustrasi menghadapi kemacetan di simpang Jalan Pahlawan tersebut. Suwanto, warga Perumnas 3, Bekasi Timur, misalnya, setiap pagi dan sore terjebak di sana.
Ia mengaku tak bisa lagi menoleransi kemacetan di sana. “Volume kendaraan yang mengarah ke Jalan Pahlawan sangat banyak, tapi kapasitas jalan sempit dan bersinggungan dengan pelintasan kereta api,” keluh Suwanto, kemarin.
Jalan Pahlawan merupakan akses utama menuju wilayah Kabupaten Bekasi maupun kawasan utara. Dengan dimensi jalan yang hanya berkisar 8 meter, sudah tidak ideal menjadi jalan penghubung antarwilayah. “Warga semula sudah gembira mendengar jembatan layang tapi belum juga terlaksana,” lanjut Suwanto.
Bila jalan layang Bulak Kapal sudah selesai tentunya waktu tempuh pengendara bisa lebih singkat. Sekarang ini, Suwanto menghabiskan waktu sekitar 45 menit hanya untuk menyeberangi pelintasan kereta tanpa palang pintu Bulak Kapal dari Jalan Ir H Juanda ke Jalan Pahlawan. Dengan dua kali satu hari mengitari kawasan itu membuat dirinya mudah tersulut emosi.
Selain faktor adanya pelintasan tanpa palang pintu, jalur tersebut merupakan tumpuan kendaraan yang berasal dari Jalan Ir H Juanda dan Jalan HM Joyomartono. “Selama ini kendala di pelintasan. Enggak ada kereta lewat saja sudah macet apalagi ada kereta lewat,” jelas dia.
Kurang dana
Menanggapi terhambatnya proyek, Kepala Seksi Perencanaan dan Pengadaan Lahan Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Bekasi Usman mengaku pembangunan jalan layang terkendala pembebasan lahan. Warga cukup mahal mematok harga tanah.
“Kendalanya memang pada soal anggaran yang terbatas. Pada sisi lain setiap tahun terjadi kenaikan harga pembebasan yang signifikan,” ungkapnya.
Kebutuhan untuk membebaskan lahan mencapai Rp200 miliar, sedangkan Pemkot Bekasi hanya mampu mengganggarkan sebesar Rp20 miliar. Meski demikian, pembebasan lahan masih menjadi prioritas. Sebagian memang sudah selesai dibebaskan tetapi sebagian lagi masih negosiasi dengan warga.
Selain masalah anggaran pembebasan, kendala yang dihadapi di lapangan ialah adanya sengketa antarahli waris pemilik lahan. Beberapa lainnya juga bermasalah dalam persyaratan administrasi.
Pembangunan jalan layang Bulak Kapal rencana disiapkan dari arah barat (Jalan Ir H Juanda) ke arah timur (Perumahan Margahayu, Durenjaya, Bekasi Timur, menuju ke arah Tambun, Kabupaten Bekasi. (J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved