Ibu Kota di Palangkaraya Berdampak Global Warming

WACANA pemindahan Ibu Kota Indonesia dari DKI Jakarta ke Palangkaraya terus menuai protes keras dari sejumlah kelompok masyarakat. Pasalnya rencana itu bisa berkontribusi terkait pemanasan global atau global warming di seluruh dunia.

Tokoh Pemuda Jawa Barat, Cecep Handoko menilai Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah merupakan paru-paru dunia kedua setelah Brazil yang masih memiliki hutan sangat lebat dan melindungi dampak pemanasan global secara langsung. Jika wacara Presiden Joko Widodo untuk memindahkan Ibu Kota Indonesia ke Palangkaraya direalisasikan maka mengancam paru-paru dunia.

"Nanti hutan yang ada di Palangkaraya Kalimantan Tengah ini malah dibabat habis, kalau ibu kota negara ini dipindah ke sana (Palangkaraya). Ini yang harus diperhatikan oleh Presiden," tuturnya di Jakarta, Selasa (18/4).

Menurut Ketua Focus Group Discussion (FGD) pemindahan ibu kota tersebut itu menyarankan agar pemerintah memikirkan ulang wacana pemindahan ke Palangkaraya namun mengusulkan ke Majalengka, Jawa Barat.

Kota itu dewasa ini sudah memenuhi berbagai persyaratan yang dibutuhkan untuk membuat suatu ibukota negara Indonesia. Pasalnya, Majelengka memiliki Bandara Internasional Kertajati yang cukup terkenal di Jawa Barat dan dari sisi keamanan juga sudah memadai karena memiliki Lanud Sugiri Sukani.

"Apalagi di Majalengka ini berbatasan langsung dengan kota Cirebon dan Indramayu yang memiliki pelabuhan bertaraf internasional guna mendukung aspek ekonomi, karena itu Presiden ?harus pindah ibukota ke Majalengka," katanya.

Ia menjelaskan akan memberikan hasil kajian FGD Persatuan Pelajar Jawa Barat terkait wacana pemindahan ibukota Negara ke Bapenas dan Presiden Jokowi untuk dijadikan bahan pertimbangan agar tidak memindahkan ibukota ke Palangkaraya.

"Kami akan berikan hasil kajian ini langsung ke Bapenas dan Presiden Jokowi. Agar bahan kajian ini menjadi pertimbangan," tukasnya. (OL-5)