Buatkan Halte Kecil di Perumahan

Gan/J-2
11/4/2017 09:16
Buatkan Halte Kecil di Perumahan
(Kemacetan yang didominasi kendaraan pribadi terjadi di Jalan Ahmad Yani, Bekasi, Jawa Barat, pekan lalu. -- ANTARA FOTO/Risky Andrianto)

KOTA Bekasi macet bu­kan kepalang, terutama pa­da hari kerja, pada pagi, sore, dan malam. Penyebabnya tidak lain ialah jumlah kendaraan terus bertambah dan kini sudah mencapai 2 juta. Rincian­nya, sebanyak 40% kendaraan roda em­pat dan 60% roda dua.

“Selain angkutan umum, peng­gunaan kendaraan priba­di turut menyumbang kema­cet­an di Kota Bekasi,” papar Kepala Dinas Perhubungan Ko­ta Bekasi Yayan Yuliana, ke­­marin.

Beberapa titik kemacetan saat ini sudah mulai terurai, antara lain di Jalan Juanda, Be­kasi Timur; Simpang Bulan-Bulan Jalan Veteran, Bekasi Selatan; Jalan Perjuangan, Bekasi Timur; Simpang Pasar Proyek, Bekasi Timur; Simpang Kayu Ringin, Bekasi Selatan.

Namun, setelah enam titik kemacetan itu terurai, muncul lagi titik kemacetan baru, mi­salnya, di Simpang Cimuning, Mustika Jaya, dan Simpang Tol Bekasi Timur atau Jalan Jo­yomartono.

Banyaknya titik kemacetan disebabkan badan jalan terlalu sempit dan volume kendaraan sangat besar. Lebar jalan di Kota Bekasi umumnya hanya 7 meter yang digunakan untuk dua jalur.

Untuk mengurai titik kema­cet­­­an, Dishub Kota Bekasi me­ner­­junkan anggota bekerja sama dengan Satuan Lalu Lintas Polres Metro Kota Bekasi. Di te­ngah upaya keras anggota, masalah baru muncul. Jalan rusak yang disebabkan hu­­jan membuat kendaraan mengurangi kecepatan sehingga terjadi penumpukan yang memperparah kemacetan.

Beberapa jalan rusak yang memperpa­rah kemacetan ialah Ja­lan Narogong dan Jalan KH Noer Ali (Kalimalang). Dua ja­lan tersebut merupakan akses menuju wilayah Kabupaten Bo­gor dan DKI Jakarta. “Setelah musim penghujan usai, kami mendesak dinas terkait untuk memperbaiki jalan rusak,” desak Yayan.

Senada, Ketua Dewan Transportasi Kota Bekasi Harun Al­rasyid menyebutkan pertum­buhan kendaraan pribadi cu­kup pesat jika dibandingkan dengan pertumbuhan jalan. Bahkan, pertumbuhan kendaraan pribadi lebih pesat ketimbang pertumbuhan angkutan umum.

“Angkutan umum ma­lah berkurang karena faktor usia dan fasilitasnya kurang sehingga masyarakat menolak naik,” ungkap Harun.

Saat ini pihaknya mengkaji pemindahan penggu­naan kendaraan pribadi ke ang­­kutan perkotaan, misalnya, membuatkan halte-halte kecil yang representatif di de­pan kawasan perumahan. “Angkutannya harus le­bih nyaman dari sekarang,” imbuhnya. (Gan/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya