Macet, tapi Lebih Cepat

Mathias Brahmana
11/4/2017 09:16
Macet, tapi Lebih Cepat
(Antrean kendaraan saat melewati gerbang tol Karang Tengah yang tidak melayani transaksi pembayaran di Tangerang, Banten, Minggu (9/4). -- ANTARA FOTO/Fajrin Raharjo)

TERBURU-BURU membuat amburadul. Begitulah tanggapan pengendara menyikapi pengoperasian pintu tol terintegrasi setelah gerbang tol Karang Tengah ditutup sejak Minggu (9/4).

Menurut pengendara, pengelola sepatutnya menyelesaikan terlebih dahulu semua akses pintu masuk dan keluar, baru kemudian mengoperasikannya. “Kesannya terburu-buru. Dari empat pintu masuk atau keluar, cuma dua beroperasi. Itu pun darurat,” ujar Berguna, warga Binong, Kabupaten Tangerang, yang mengguna­kan akses tol Karawaci untuk menuju tempat kerjanya di Jakarta.

Berguna yang tiba di pintu gerbang tol Karawaci membu­tuhkan waktu 30 menit sebelum lolos. Pintu tol yang se­ha­rusnya empat hanya beroperasi dua, itu pun masih darurat. Belum ada biliknya.

Begitu juga pintu keluar Karawaci, dari empat, sudah tiga beroperasi. Dua manual serta satu otomatis, tetapi dampaknya tetap macet parah. Penyebabnya, dari empat jalur, hanya tiga beroperasi sehingga pengemudi berebut.

Perebutan jalur bukanny­a membuat semakin cepat, ma­lah kian lambat. Petugas tol sama sekali tidak membantu mengarahkan agar pengemudi tidak saling berebut. Kema­cetan parah pagi hari berlanjut ke sore hingga tadi malam pa­da jam pulang kantor.

Pemandangan serupa terjadi di pintu keluar masuk Alam Sutera, pintu keluar masuk Tangerang, hingga Bitung. “Saya sudah 1 jam mengantre untuk keluar dari pintu tol Bitung,” keluh Dodi yang bekerja di Jakarta.

Banyak pengendara yang frustrasi karena terjebak ke­macetan di pintu tol Bitung akhir­nya memutuskan menca­ri jalan alternatif perkampung­an. Warga dari Kota Tangerang memilih menggunakan jalur alternatif melalui Kampung Rawacana atau Dumpit tembus Bitung. Yang menuju Cikupa atau Tigaraksa melalui Kawasan Industri Jatake tembus Cikupa.

Imbas kemacetan bukan hanya bagi pengendara yang hendak masuk tol, melainkan juga berdampak pada lalu lintas dalam kota. Kendaraan dari arah Tigaraksa yang merupakan ibu kota Kabupaten Tangerang mengalami kema­cetan hingga radius 5 kilometer. Begitu juga kendaraan dari Kota Tangerang menuju Kawasan Industri Jatake.

Lebih cepat
Menurut Jayadi, warga Karawaci, ketika dia mengukur waktu, lamanya menempuh kemacetan di pintu tol masuk Karawaci dengan sebelumnya masuk ke gerbang tol Karang Tengah justru lebih singkat yang sekarang.

Pada pagi hari, kemacetan menuju pintu tol Karang Tengah dari arah Tangerang menuju Jakarta mulai jembatan tol Alam Sutera, atau sekitar 5 kilometer, bisa makan waktu 1 jam perjalanan.

“Sekarang ini cuma 1 kilometer. Hanya butuh sekitar setengah jam. Begitu masuk tol langsung lancar. Kemacetan sekarang ini karena belum se­mua bilik pintu tol beroperasi. Jadi, sabar saja hingga beberapa hari ini. Sebaiknya selama proyek belum selesai, petugas tol bantu mengarahkan kendaraan di pintu keluar masuk, jangan sampai berebut,” cetus warga perumahan Lippo Karawaci tersebut.

Humas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Iwan Bahariyanto menyatakan semenjak gerbang tol Karang Tengah tanpa transaksi, kondisi tol Tangerang-Jakarta lancar.

Meski demikian, Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah meminta pemerintah pu­sat segera mengevaluasi kebijakan pintu tol terintegrasi. Pasalnya lambatnya pengerjaan infrastruktur pintu tol membuat akses keluar masuk tol menjadi sempit sehingga memicu kemacetan.

Dampak kemacetan merambat ke dalam kota. Kondisi tersebut bukan hanya merugikan pekerja yang dari Tangerang menuju Jakarta atau sebaliknya, tetapi juga membuat pelajar ikut-ikutan terlambat. “Jangan sampai terjadi, kebijakan ini hanya memindahkan kemacetan,” tandasnya. (SM/Ant/J-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya