Timang-Timang Konsep Anyar

Ghani Nurcahyadi
11/4/2017 08:35
Timang-Timang Konsep Anyar
(MI/Galih Pradipta)

SEBAGAI sebuah konsep pembangunan yang tergolong baru di Tanah Air, transit oriented development (TOD) yang menitikberatkan kawasan terpadu, akses transportasi publik, dan pejalan kaki, mulai dijajaki pengembang.

Direktur Utama PT Sintesis Kreasi Utama, Julius J Warouw, mengungkapkan pihaknya menggelar kajian bersama dengan Institute for Development and Transportation Policy (ITDP) untuk menilai sejumlah perencanaan proyek yang potensial memenuhi kriteria TOD. Salah satu proyek tersebut ialah Synthesis Square di Jalan Gatot Subroto.

"Konsep ini bukan hanya punya nilai tambah bagi pembeli, tapi juga bagi lingkungan," kata Julius saat dihubungi Media Indonesia, Senin (10/4).

Konsep TOD, menurutnya, sejalan dengan visi pembangunan yang dianut Sintesis. Namun, ia mengakui penerapan TOD butuh penilaian secara kompleks. Setelah kajian selesai pun, Sintesis perlu melakukan komparasi dengan sejumlah aturan pemerintah berkaitan dengan konsep TOD tersebut.

Sekretaris Perusahaan PT Ciputra Development Tbk Tulus Santosa mengaku mendukung konsep TOD. Walakin, beberapa proyeknya mendatang belum menerapkan konsep tersebut. "Kami masih mempelajari," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Realestat Indonesia (REI) Banten Roni Hardianto Adali berpendapat, saat memikirkan pembangunan properti, pengembang umumnya memang mempertimbangkan integrasi proyek dengan infrastruktur serta akses transportasi.

"Konsumen saat ini cenderung akan lebih memilih hunian yang memiliki akses dan sistem transportasi yang terintegrasi. Tren ini bisa dijumpai di sejumlah kota besar, termasuk Jakarta," katanya.

Ia mencontohkan, Sinar Mas Land yang 'menjual' keberadaan akses transportasi untuk memikat konsumen. Hampir seluruh proyek pengembang itu selalu mendekati akses pintu tol. Oleh karena itu, kata dia, jangan heran jika Sinar Mas tetap berkembang di luar Jakarta.

Roni menambahkan, bagi pengembang, sarana dan sistem transportasi juga harus mampu memberi solusi atas hal insidental yang sangat mungkin terjadi di masa depan seperti darurat kesehatan, bencana, dan keamanan.

Peran pemerintah
Direktur Kawasan ITDP Yoga Adiwinarto mengungkapkan, sejauh ini belum ada satu pun hasil pembangunan pengembang Indonesia yang masuk konsep TOD. Hal itu berdasarkan pemeringkatan yang ditetapkan ITDP.

"Dari 8 standar yang kami susun, belum ada yang bisa memenuhinya di Indonesia, bahkan untuk level bronze (perunggu) sekalipun. Sebenarnya banyak kawasan yang bisa berkonsep TOD. Tapi, kalau dari sisi gedung saja banyak yang sulit untuk dimasuki masyarakat umum, akan susah terbentuk konsep TOD tersebut," kata Yoga.

Konsep TOD berdasarkan rumusan ITDP, lanjut Yoga, bukan hanya terkait kepada akses transportasi massal, melainkan juga soal perubahan paradigma karena kawasan tersebut terkoneksi dengan efisien baik antara hunian, perkantoran, dan ritel, maupun ramah bagi pejalan kaki.

Di beberapa kota dunia, seperti Tokyo atau Seoul, pengembang wilayah berbasis TOD telah dilakukan dengan mengacu jalur MRT.

Yoga berharap, pemerintah menciptakan insentif sekaligus kebijakan yang mendorong implementasi konsep TOD. Hal itu diyakini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Tanpa dorongan pemerintah, pihak Asosiasi Perumahan dan Permukiman Indonesia (Apersi) juga menyangsikan realisasi pengembangan berbasis konsep TOD.

"Salah satu konsep TOD itu kan akses terhadap transportasi massal yang mudah. Nah, itu yang kami sulit dapatkan saat ini. Di Jabodetabek saja, kami justru lebih banyak membangun semakin ke pinggir. Walau demikian, ada beberapa proyek anggota kami yang masih memiliki akses terhadap transportasi massal, semisal KRL (kereta rel listrik)," terang Ketua Apersi Junaidi Abdillah.(Ant/S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya