Bermula dari Keliling Jualan Batik

(Astri Novaria/J-1)
10/4/2017 01:00
Bermula dari Keliling Jualan Batik
(MI/ RAMDANI)

ADA pepatah lama yang mengatakan 'Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta'. Itulah kiranya yang menggambarkan alasan seniman batik Ethys Mayoshi, 48, untuk terus berkarya menciptakan motif-motif baru kain batik dan rajin mengikuti kegiatan pameran yang digelar di mancanegara. Tujuannya cuma satu, batik tidak punah. Baginya, batik bukan sekadar kain berwarna yang tanpa makna. Spektrum dan aura yang terpancar dari selembar kain batik menggambarkan filosofi yang mendalam tentang 'eksistensi' dasar adat istiadat kehidupan bangsa Indonesia. Terlebih, di baliknya ada sebuah proses pembuatan dari para pekerja seni yang membutuhkan waktu yang tidak singkat.

"Tergantung motifnya, seminggu itu paling singkat untuk satu kain. Ada juga yang enam bulan, tergantung kerumitan motifnya," ujar perempuan yang akrab disapa Yoshi di kantor Media Indonesia, Jakarta, akhir pekan lalu. Batik tulis tradisional dan kontemporer yang ia desain berhasil memikat hati para pecinta batik. Tak mengherankan bila berkat karyanya yang unik, pesanan batik pun mengalir dari berbagai instansi, baik swasta maupun pemerintah. Contohnya, motif bergambar pohon dan buah rambutan serta burung gelatik untuk seragam PNS Jakarta Selatan, motif bergambar bambu apus dan burung sri gunting untuk seragam PNS Jakarta Timur, dan motif bergambar bunga anggrek dendrobium, ikan cupang, dan siri kuning untuk seragam PNS Jakarta Barat.

Motif batik karyanya pun digemari sejumlah anggota DPR yang digunakan untuk kunjungan kerja, di antaranya Acep Adang Ruhiat (F-PKB) dan Yulian Gunhar (F-PDIP). Bahkan, Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga pernah memesan secara khusus kepadanya. Yoshi mengaku keterlibatannya dengan batik bermula pada saat ia berjualan batik keliling di kawasan Senayan, Jakarta Selatan. Dengan menyewa sebuah mobil, ia menyinggahi pusat-pusat keramaian dan perkantoran di kawasan itu. Dalam perjalanannya, ia merasa bahwa dirinya punya keahlian menggambar.

Dari situlah ia mulai menuangkan kreativitas membuat desain batik. Sambutan baik pun datang dari masyarakat Indonesia juga dunia. Kini, Yoshi telah melanglang buana keliling dunia. Beberapa negara Asia dan Eropa telah dikunjunginya, seperti Belanda, Thailand, Filipina, dan Libanon dalam rangka mempromosikan batik, memenuhi undangan Kedutaan Besar Indonesia. Sebagai seorang seniman, ia ingin mengajak segenap elemen bangsa untuk mencintai dan memahami seni budaya bangsa, khususnya batik. "Targetku seluruh warga Indonesia paling tidak punya satu batik tulis sebagai bukti kecintaan akan produk budaya bangsa. Terutama anak muda," tandasnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya