Serangan AS ke Suriah Tegangkan Dunia

Haufan Hasyim Salengke
07/4/2017 12:00
Serangan AS ke Suriah Tegangkan Dunia
()

STABILITAS internasional bergolak menyusul serangan unilateral mengejutkan Amerika Serikat (AS) ke pangkalan militer militer Suriah, Jumat (7/4). Aksi militer tanpa lewat persetujuan PBB itu sebagai balasan atas serangan senjata kimia yang dilakukan Damaskus.

Serangan gas kimia di Kota Khan Shaykhun, Provinsi Idlib, Selasa (4/4), menewaskan 86 warga sipil Suriah secara mengenaskan, termasuk 30 anak, dan melukai 500 lainnya.

Sebelumnya rezim Suriah pernah menggunakan senjata kimia di Gouta, Suriah Timur, pada 2013. Sekitar 59 rudal jelajah Tomahawk ditembakkan militer AS ke pangkalan udara Shayrat pukul 03.40 waktu setempat (07.40 WIB), dari dua kapal perang AS, USS Ross dan USS Porter, yang tengah siaga di sisi timur Laut Mediterania.

Lembaga independen pemantau perang Suriah, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), mengungkapkan aksi militer yang diperintah langsung oleh Presiden Donald Trump itu menewaskan sedikitnya lima orang, sebagian besar personel militer Suriah.

''Seorang perwira angkatan udara adalah di antara empat tentara yang tewas,'' ujar SOHR. ''Pangkalan udara tersebut hampir sepenuhnya hancur. Landasan pacu, tangki bahan bakar, dan pertahanan udara semua hancur berkeping-keping,'' ujar lembaga itu.

Kantor berita pemerintah Suriah, SANA, melaporkan sembilan warga sipil, termasuk empat anak, tewas di desa-desa dekat pangkalan udara Shayrat. Pemerintah Suriah telah membantah serangan kimia yang dituduhkan, dan berdalih telah menyerang gudang senjata milik kelompok militan.

Kantor Presiden Bashar al-Assad dalam sebuah pernyataan mengecam serangan rudal AS yang disebut ‘tolol dan tidak bertanggung jawab’.

''Apa yang Amerika lakukan hanyalah perilaku bodoh dan tidak bertanggung jawab, yang hanya menyingkap kepicikan dan kebutaan politik dan militer AS terhadap realitas,'' kata pernyataan itu.

Kekuatan dunia bereaksi atas serangan AS. Negara-negara sekutu (Inggris, Prancis, Jerman, Israel, Jepang), Turki, dan Arab Saudi, menyambut baik serangan itu. Sebaliknya, sekutu utama Suriah, Rusia dan Iran, mengecam keras. Sementara Tiongkok meminta AS tidak melakukan serangan lagi.

Presiden Prancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel, mengeluarkan pernyataan bersama mengatakan Al-Assad sendiri bertanggung jawab atas serangan kimia tersebut.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyerukan agar Al-Assad segera digulingkan dan pemerintahan transisi dibentuk. "Kami percaya rezim Assad harus dihukum sepenuhnya di arena internasional.”

Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin memandang langkah AS itu sebagai 'agresi terhadap negara yang berdaulat' pada 'dalih yang dibuat-buat'. Moskow menyebut tindakan itu telah menimbulkan 'kerusakan besar' pada hubungan AS-Rusia yang sudah 'menyedihkan'.

Iran juga sangat mengutuk serangan AS dan mengatakan tindakan sepihak berbahaya, merusak, dan melanggar prinsip-prinsip hukum internasional.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia mengutuk serangan kimia namun menyayangkan aksi militer AS yang disebut tidak akan menyelesaikan konflik Suriah. Jakarta mengimbau para pihak menahan diri dan mendesak akses kemanusiaan ke negara itu tetap dibuka.

Juru bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir mengatakan serangan udara AS melanggar ketentuan hukum internasional. ''Tindakan militer yang dilakukan tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB ini tidak sejalan dengan prinsip hukum internasional sesuai dengan piagam PBB,” kata Arrmanatha dalam konferensi pers, Jumat (7/4). (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya