Sembilan Belas Anggota Keluarga Saya Tewas

Indah Hoesin/AFP/AP/X-7
07/4/2017 06:28
Sembilan Belas Anggota Keluarga Saya Tewas
(Abdel Hameed Alyousef, 29, menangis sambil mendekap anak kembarnya yang tewas diduga akibat serangan senjata kimia di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, Suriah, Selasa (4/4). -- Alaa Alyousef via AP)

“SELAMAT tinggal sayang, selamat tinggal,” gumam Abdel Hameed Alyousef, 29, sambil memeluk erat dua anak kembarnya, Aya dan Ahmed yang sudah tidak bernyawa. Alyousef membelai rambut bayinya yang baru berusia sembilan bulan tersebut sambil menahan tangis.

Dunia Alyousef baru saja runtuh. Ia tidak hanya kehilangan dua anak, Alyousef juga harus kehilangan istri dan kerabat lainnya. Mereka termasuk dalam 86 orang yang tewas setelah serangan gas beracun menghantam Kota Khan Sheikhoun, Suriah, pada Selasa (4/4).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dokter Lintas Batas (MSF) mengatakan para korban menunjukkan gejala terkena racun saraf, seperti sarin. Dalam rekaman bersama AP, Alyousef duduk di kursi depan mobil van bersama si kembar.

“Ketika serangan udara berlangsung, saya tepat di samping mereka dan membawa mereka keluar rumah dengan ibu mereka,” ujar pemilik toko itu.

“Pada awalnya, mereka masih sadar, tetapi 10 menit kemudian kami mulai mencium bau,” tambahnya.

Si kembar dan istrinya, Dalal Ahmed, langsung jatuh sakit. Alyousef langsung membawa mereka ke rumah sakit dan berpikir semua akan baik-baik saja. Sampai menyadari bahwa keluarga kecilnya tersebut tidak terselamatkan. Seakan tidak cukup, dua saudara lelaki, dua keponakan, serta tetangga dan teman-temannya pun turut tewas.

“Saya tidak bisa menyelamatkan siapa pun, mereka semua mati sekarang,” ujarnya.

Dikelilingi kerabat yang berduka, Alyousef terbata-bata mengucapkan, “Sembilan belas anggota keluarga saya tewas.”

Pria kurus itu berbaring di sofa dengan infus di lengannya sambil menggambarkan bagaimana ia mencoba menyelamatkan semua keluarganya. “Kami memakaikan beberapa masker. Namun, itu tidak berhasil. Orang-orang mulai jatuh ke tanah, sampai gas mengenai semua orang,” tambahnya lirih.

“Saya melihat orang-orang gemetar, terjatuh ke tanah dengan mulut berbusa,” ujar kerabat Alyousef yang turut menjadi saksi teror tersebut.

Sementara itu, ibu Alyousef mulai memukuli dirinya sendiri. Menangis dan terisak-isak setelah kehilangan yang mendalam. Meskipun seluruh dunia mengecam serangan biadab tersebut, sekarang Alyousef dengan suara lemah mengatakan hanya dapat mengandalkan Tuhan.

“Tuhan tidak tidur, Tuhan tidak akan melupakan siapa pun,” ujarnya. (Indah Hoesin/AFP/AP/X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya