Jumlah Korban Senjata Gas Beracun di Suriah Terus Bertambah

MIOL/Antara
05/4/2017 08:21
Jumlah Korban Senjata Gas Beracun di Suriah Terus Bertambah
(AFP PHOTO / AMER ALMOHIBANY)

PERANG di Suriah semakin brutal. Serangan gas beracun dilancarkan oleh pihak-pihak yang bersengketa namun yang menjadi korban kebanyakan adalah warga sipil terutama anak-anak. Korban tewas terus bertambah mencapai ratusan jiwa.

Sejak pagi kemarin Selasa (4/4) pesawat-pesawat jet yang diduga milik pemerintah Suriah membombardir wilayah Idlib dengan gas beracun. Laporan terakhir menyebutkan sekitar 100 orang yang kebanyakan anak-anak ditemukan tewas serta sekitar 400 orang mengalami luka dan sesak pernapasan. Wilayah Idlib hingga saat ini masih dikuasai oleh pemberontak.

Dilansir Reuters, Rabu (5/4), petugas medis memfokuskan penyelamatan di provinsi barat laut Idlib. Kelompok pemantau HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights (Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia) mengatakan bahwa serangan ini diyakini telah dilakukan oleh jet tentara Suriah, dan menyebabkan banyak orang mendadak tersedak, bahkan beberapa korban mengeluarkan busa dari mulut mereka. Rata-rata yang mengalami gejala ini adalah anak-anak di bawah usia delapan tahun.

"Pesawat-pesawat tempur yang menargetkan Khan Sheikhoun dengan gas, diyakini berisi sarin dan klorin. Serangan itu telah menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai 300 orang," kata Kepala Otoritas Kesehatan Idlib, Mounzer Khalil dalam konferensi pers, Selasa (4/4).

Menanggapi tudingan tersebut, Kementerian Luar Negeri Suriah membantah bahwa pemerintah Suriah menggunakan gas beracun dalam melancarkan serangan ke Idlib.

"Klaim yang mengatakan Angkatan Udara Suriah melancarkan serangan gas beracun terhadap kota kecil Khan Sheikhoun, Idlib tidak berdasar," kata seorang pejabat di Kemenlu Suriah.

Serangan pada Selasa (4/4) bukan yang pertama dilaporkan di Suriah, sebab serangan senjata kimia dikatakan telah terjadi di beberapa daerah di Suriah dalam beberapa tahun belakangan. Pemerintah Damaskus dan gerilyawan saling melempar tuduhan.

Penggunaan gas beracun dalam perang di Suriah ini sebelumnya pernah terjadi. Sebanyak 1.400 orang tewas ketika beberapa daerah yang dikuasai gerilyawan di pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus, diserang oleh roket yang berisi bahan kimia sarin pada 21 Agustus 2013. Oposisi dan pemerintah juga saling melempar tuduhan.

Pada tahun yang sama, serangan bahan kimia terjadi di Kota Kecil Khan Al-Asal, yang dikuasai pemerintah, di pinggir Aleppo. Dalam serangan tersebut, beberapa prajurit Suriah dan warga sipil tewas atau menderita sesak nafas. Pemerintah menuduh gerilyawan, yang, pada gilirannya,
membantah tuduhan itu.

Pada Oktober 2013, beberapa pejabat OPCW tiba di Suriah untuk memantau perlucutan simpanan senjata kimia Suriah, setelah Damaskus secara resmi bergabung dalam Konvensi Pelarangan Senjata Kimia.

OPCW belakangan menyatakan pemerintah Damaskus telah memastikan instalasi produksi senjata kimianya tak beroperasi. Perlucutan senjata kimia Suriah dilakukan setelah dicapainya kesepakatan AS-Rusia, tanda pertama mengenai konsensus antara kedua negara adi-daya mengenai konflik Suriah. Namun sejak itu pula laporan mengenai serangan gas beracun beberapa kali masih muncul.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya