Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
JOSE Albeiro Vargas terakhir kali melihat cucunya pada malam ketika hujan deras datang, dan selanjutnya saat banjir bandang menyapu kota kecil yang dikelilingi sungai-sungat dan pegunungan di wilayah selatan Kolombia. Gelombang air yang bercampur lumpur dan puing-puing pun menyapu Kota Mocoa. Gelombang yang dipicu luapan air sungai itu pun menghanyutkan cucunya, Jadir Estiven, 18. Pada Minggu (2/4) waktu setempat, Vargas terus mencari sanak keluarganya yang hilang.
"Mereka tersapu longsoran hebat," kata Vargas, seorang pemilik toko pakaian yang tampak lelah berjuang mencari cucunya. Bahkan, dia hampir tidak bisa membuka matanya atau berbicara. Di sisi lain, Presiden Kolombia Juan Manuel Santos mengungkapkan setidaknya 43 anak hilang, termasuk yang terkonfirmasi telah tewas dalam bencana banjir bandang tersebut. Santos kemudian menulis di akun Twitter-nya, ia telah diberi tahu bahwa korban tewas akibat banjir meningkat menjadi 254 orang.
Sementara itu, korban luka-luka mencapai ratusan orang. Korban anak-anak diyakini hilang terbawa arus banjir. Pasalnya, mereka sedang terbaring di tempat tidur ketika ketinggian banjir bandang melonjak di penjuru kota berpopulasi 40 ribu jiwa itu pada Jumat (31/3) malam dan Sabtu pagi (1/4). Tim penyelamat dan keluarga korban, Minggu (2/4), menghadapi kesulitan menembus puing-puing yang bercampur lumpur untuk mencari korban banjir dan longsor yang menghancurkan sejumlah desa.
Banyak keluarga di Kota Mocoa tidak tidur semalaman untuk mencari para korban di tengah puing-puing kendati penerangan listrik padam. Banjir yang menelan banyak korban tersebut ialah salah satu bencana alam terburuk yang menyerang Kolombia dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah korban diperkirakan masih meningkat disebabkan banyak orang terluka atau banyak yang belum ditemukan.
Mayat-mayat masih ditarik dari lumpur tebal, ranting pohon, dan puing-puing yang menutupi sebagian kota. Banjir juga menghancurkan rumah, merobohkan pepohonan, dan menyapu sejumlah kendaraan. "Orang-orang kembali ke rumah mereka dan tidak menemukan apa-apa selain lantai," kata Gilma Diaz, warga berusia 42 tahun dari kota lain yang datang untuk mencari sepupunya.
Puluhan warga berdiri di pintu-pintu rumah sakit, berharap bisa mendapatkan berita mengenai anggota keluarga yang tidak tertera dalam daftar orang-orang yang dipastikan tewas atau terluka. Sejumlah warga lainnya mengetuk pintu rumah kerabat untuk menanyakan keberadaan orang yang mereka cari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved