Perang Dingin kembali Bergejolak

Ruptly/Deri Dahuri/I-1
03/4/2017 09:39
Perang Dingin kembali Bergejolak
(nak-anak dan warga menaiki kendaraan tempur militer AS, Inggris, dan Rumania yang tergabung di pasukan NATO di Kota Warsawa, Polandia, Sabtu (31/3). -- AFP Photo/Janek Skarzynski)

ERA Perang Dingin telah berlalu bersamaan dengan runtuhnya Uni Soviet. Namun, sisa perseteruan antara Amerika Serikat (AS) yang didukung sekutu-sekutu mereka dan Rusia belum sepenuhnya sirna. Bahkan benih-benih permusuhan kembali tumbuh subur.

Sebelumnya Perang Dingin diramalkan tak mungkin ‘siuman’ dari tidur panjangnya. Pasalnya Donald Trump yang dinobatkan sebagai presiden AS memiliki hubungan erat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Bahkan hubungan kedua pemimpin adidaya itu telah terjalin sejak masa kampanye pemilihan presiden AS. Bahkan banyak kalangan menilai kemenangan Trump tidak lepas dari dukungan aksi peretas dari ‘Negeri Beruang Merah’.

Prediksi Perang Dingin telah berakhir ternyata salah. Fakta yang berkembang di lapangan berbeda. Beberapa analis menilai kondisi saat ini justru dapat lebih buruk jika dibandingkan dengan era Perang Dingin.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dipimpin AS tetap memandang Rusia sebagai ancaman besar. Dalam beberapa bulan terakhir, pasukan tempur NATO yang beranggota ratusan ribu telah dikerahkan ke sejumlah negara yang berbatasan dengan Rusia.

Pekan lalu, tentara pasukan sekutu dari AS, Inggris, dan Rumania yang berjumlah 1.350 personel telah bergerak dari basis mereka di Jerman. Kini mereka telah bersiaga di Orzysz, wilayah timur laut Polandia yang berbatasan langsung dengan Rusia.

“Tentara NATO siaga sepenuhnya untuk mencegah aksi serangan Rusia,” dalih perwira NATO, Kolonel Patrick Ellis dari AS. Dia menambahkan, lebih dari 1.000 personel militer NATO dalam posisi siaga di perbatasan Rusia.

Kantor berita Ruptly melaporkan kendaraan dengan dilengkapi persenjataan berat tampak berkonvoi menuju wilayah perbatasan Polandia yang dekat dengan Rusia. Konvoi kendaraan lapis baja itu bergerak dari Kota Warsawa, ibu kota Polandia, dengan menempuh perjalanan sejauh 220 kilometer ke arah perbatasan.

“Saya pikir negara-negara NATO, mereka telah memutuskan bahwa sedikitnya ada sebuah ancaman untuk dicegah. Tujuannya bukan gerakan agresif, melainkan hanya sebuah pencegahan,” tegas Letkol Steven Gventer dari AS yang menjadi komandan grup tempur NATO.

Hal senada juga disampaikan Menlu AS Rex Tillerson pada Jumat (31/3). “Pada dasarnya mencegah dua hal, yakni nonkekerasan dan agitasi serta agresi dari Rusia,” ucap Tillerson.

Terkait dengan pengerahan ribuan tentara NATO, Ruptly meminta seorang jurnalis dan aktivis perdamaian, Mike Raddie, berkomentar. “Saya pikir ini bentuk persiapan ke wilayah Rusia,” katanya.

“Sangat jelas, kita tahu bahwa tentara NATO mengepung Rusia saat ini. Di seluruh negara Baltik, sedikitnya 200 ribu tentara NATO yang berada di wilayah perbatasan (dengan Rusia),” papar Reddie. (Ruptly/Deri Dahuri/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya