Pasukan Koalisi Akui Kesalahan

AFP/Ihs/I-3
30/3/2017 06:11
Pasukan Koalisi Akui Kesalahan
(AFP/ARIS MESSINIS)

PASUKAN koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) mengakui pihaknya melancarkan serangan terbaru terhadap kelompok Islamic State (IS), tetapi menyasar warga sipil di wilayah barat Mosul, Irak.

Dalam serangan udara yang menewaskan 112 warga sipil tersebut, pasukan koalisi tidak mengakui secara terus terang.

Komandan operasi pasukan koalisi hanya menjelaskan dengan menyisipkan kata 'mungkin'.

"Kami mungkin berperan terkait dengan jumlah korban tewas. Jika penduduk sipil tewas, hal tersebut ialah kecelakaan yang tidak disengaja dalam perang," ujar Komandan Operasi Koalisi AS, Letnan Jenderal Stephen Townsend.

Koalisi sebelumnya mengatakan telah meluncurkan serangan pada 17 Maret lalu di wilayah barat Mosul yang menyebabkan warga sipil tewas.

Mereka menyebut pihaknya telah membuka penyelidikan terkait dengan insiden tersebut.

Wilayah barat Mosul ialah kota kecil yang populasinya padat jika dibandingkan dengan wilayah timur Mosul yang telah dikuasai pasukan koalisi sejak Januari.

Dengan kondisi tersebut, pasukan Irak yang dibantu pasukan koalisi menghadapi medan pertempuran yang menimbulkan bahaya bagi penduduk sipil.

Di lain pihak, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amnesti Internasional menyerukan pihak yang berperang berupaya lebih besar untuk melindungi penduduk sipil.

Juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, Ravina Shamdasani, mengatakan bahwa lebih dari 300 warga sipil telah tewas akibat serangan udara yang dilakukan pasukan koalisi pimpinan AS di wilayah barat Mosul sejak 17 Februari.

"Pasukan koalisi harus melakukan kajian mendesak terkait dengan taktik untuk memastikan bahwa dampak kepada penduduk sipil berkurang hingga benar-benar minim," ujar Kepala HAM PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein.

Peneliti dari Amnesti Internasional di timur Mosul, Donatella Rovera, juga mengatakan telah terjadi pola yang mengkhawatirkan serangan udara pasukan koalisi.

Pasalnya, pasukan koalisi menargetkan seluruh rumah ketika semua anggota keluarga sedang berada di dalam rumah masing-masing.

"Pasukan koalisi di timur (Mosul) mengadopsi strategi yang mendorong penduduk sipil untuk tetap berada di rumah. Dengan indikasi itu, pasukan koalisi harusnya mengetahui serangan akan mengakibatkan banyaknya warga sipil yang menjadi korban," ujar Rovera.

Di lain pihak, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y Galuzin, mengecam pemberitaan media barat terkait dengan konflik Mosul yang menurutnya menggunakan standar ganda.

"Menjadi kebiasaan media dan pemerintah Barat untuk melakukan standar ganda khususnya tentang Rusia," tegas Dubes Rusia tersebut.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya