Intelijen Akui Sadap Trump

KETUA Komisi Intelijen Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS), Devin Nunes, Rabu (22/3) waktu setempat, memicu kontroversi politik baru yang mencegangkan.

Politikus Partai Republik itu mengungkapkan bahwa komunikasi-komunikasi Presiden Donald Trump dan para rekan setelah pemilu mungkin telah disadap oleh badan-badan intelijen yang melakukan pengawasan dengan target pihak asing.

Nunes secara pribadi mendatangi Gedung Putih untuk menyampaikan masalah itu kepada Trump.

Kepadanya, Nunes menegaskan komunikasi Trump yang disadap tidak terkait dengan Rusia. Bahkan ia menambahkan bahwa percakapan-percakapan yang dikumpulkan tampaknya ‘sedikit atau sama sekali’ tidak memiliki nilai intelijen.

“Presiden dan orang lain dalam tim transisi Trump secara jelas dimasukkan ke laporan intelijen,” kata Nunes kepada wartawan di depan Gedung Putih setelah memaparkan pengarahan singkat kepada Presiden tentang situasi itu.

“Informasi yang dikumpulkan, yang mencakup periode November-Januari antara kemenangan pemilu Trump dan pelantikannya, itu ‘tersebar luas’ di kalangan intelijen AS,” ujarnya.

Di lain pihak, Trump menunjukkan bahwa ia merasa tercerahkan dan dibersihkan nama baiknya oleh informasi yang dipaparkan Nunes, salah satu figur penting dalam tim transisi.

“Saya sangat menghargai kenyataan bahwa mereka menemukan apa yang mereka temukan,” kata Trump di Gedung Putih dalam kesempatan terpisah.

Langkah Nunes membuat rekannya satu komite dari Partai Demokrat, Adam Schiff, geram. Anggota dewan asal California itu memperingatkan bahwa rekannya telah menebar ‘awan tebal’ atas upaya mereka menyelidiki upaya Rusia campur tangan dalam Pemilu 2016. Nunes, kata profil penting di komite intelijen itu, telah berbagi informasi tersebut dengan Gedung Putih sebelum menjelaskannya kepada komite. (AFP/Hym/I-1)