Feri Sewol Mulai Diangkat

AFP/Ihs/I-1
23/3/2017 05:11
Feri Sewol Mulai Diangkat
(AFP/Ed JONES)

FERI Sewol yang tenggelam hampir tiga tahun lalu dan menewaskan 304 orang, kemarin, kembali diangkat.

Kecelakaan tersebut menjadi salah satu pukulan telak bagi pemerintahan Presiden Park Geun-hye yang kini telah digulingkan.

Kapal yang terletak lebih dari 40 meter (130 kaki) di bawah perairan barat daya Korsel ini awalnya dijadwalkan diangkat tahun lalu. Namun, berulang kali gagal karena kondisi cuaca yang buruk.

Diperkirakan sekitar sembilan korban tewas masih belum ditemukan dan mungkin terjebak di dalam kapal yang tenggelam sehingga operasi pengangkatan feri menjadi tuntutan utama keluarga korban.

Dua kapal tongkang berukuran besar ditempatkan di kedua sisi feri seberat 6.285 tersebut dan kantong udara dimasukkan untuk upaya penyelamatan yang dipimpin oleh konsorsium Tiongkok.

Balok-balok telah ditanam di dasar laut di bawah lokasi kecelakaan dan kabel-kabel telah terpasang untuk menarik feri ke permukaan.

Setelah dua pertiga feri tersebut diangkat, sebuah kapal semiselam akan masuk ke bawah untuk menaikkan feri keluar dari air dan dibawa ke pelabuhan Mokpo.

Jika semua berjalan lancar dengan perkiraan uji coba dan cuaca mendukung, operasi pengangkatan akan memakan waktu tiga hari.

Sejumlah orang tua korban bencana maritim terburuk di Korsel tersebut memohon doa supaya proses pengangkatan tersebut berhasil.

"Saya seorang ibu yang hanya benar-benar merindukan anak perempuannya. Doakan kami sehingga kami bisa pulang dengan Eun-hwa," ujar Lee Keum-hui, salah satu dari segelintir kerabat korban yang memilih tinggal di rumah darurat di Paengmok, pelabuhan terdekat dengan lokasi kapal tenggelam sejak terjadi kecelakaan.

Keluarga korban lainnya memilih tinggal di kamp di puncak bukit di Donggeochado, pulau terdekat dengan lokasi kapal.

Pita kuning yang mulai pudar tergantung di sejumlah pohon di dekat kamp itu.

Simbol berduka bagi keluarga korban.

Hasil penyelidikan bencana telah menyimpulkan kecelakaan tersebut terjadi sebagian besar karena kesalahan manusia.

Desain ulang kapal ilegal, beban berlebih, kru kapal yang tidak berpengalaman, serta hubungan antara operator kapal dan negara yang masih dipertanyakan menjadi penyebab bencana.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya