Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
DUA sosok pemimpin yang memiliki perbedaan mencolok, mulai dari kebijakan soal perdagangan hingga imigrasi, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden AS Donald Trump akhirnya bertemu di Gedung Putih, Jumat (17/3). Namun pertemuan keduanya tampak penuh kecanggungan.
Hal itu terlihat pada saat konferensi pers bersama, walaupun pada beberapa isu menunjukkan sedikit kesamaan karena keduanya menangani sejumlah masalah pelik termasuk NATO, belanja pertahanan dan perdagangan bebas.
Selama kurang lebih 30 menit berada di Ruang Timur, Gedung Putih Merkel berusaha tetap santai meski beberapa kesempatan terlihat canggung ketika Trump menyinggung para sekutu NATO Washington karena tidak membayar berdasarkan asas keadilan dalam rangka pertahanan transatlantik dan menuntut penawaran "perdagangan dan timbal balik' yang adil.
Saat Merkel memasuki Gedung Putih, Trump menerima dengan hormat dan penuh kehangatan di pintu masuk Gedung Putih. Keduanya berjabat tangan. Namun ketika di dalam Gedung Oval saat duduk berdampingan di hadapan para awak media, Trump mengabaikan permintaan Merkel untuk berjabat tangan yang sebelumnya diminta para awak media agar keduanya berjabatan tangan.
Merkel yang merespon permintaan awak media tersebut pun menanyakan Trump: "Apakah Anda mau berjabatan tangan?" Namun, reaksi Trump rupanya sangat berbeda. Permintaan Merkel untuk berjabatan tangan diabaikan begitu saja oleh Trump.
Tampaknya tidak mudah bagi kedua sosok ini untuk langsung bisa akrab dan cocok, sama seperti ketika Merkel sangat dekat dengan pendahulu Trump, Barack Obama. Selama bertahun-tahun, Merkel yang adalah ahli fisika telah bermitra dengan sangat baik dengan Barack Obama, di mana keduanya membangun hubungan yang kuat dan memiliki pendekatan deliberatif yang sama.
Trump misalnya sebelum resmi berkantor di Gedung Putih menyebut kebijakan Merkel menerima imigran sebagai 'sebuah bencana' dan kebijakan Merkel tersebut kata Trump "merusak Jerman."
Dalam nada yang sama, Merkel juga menyerang Trump dengan mengingatkan dia tentang nilai-nilai demokrasi.
Selama konferensi pers, Merkel mengatakan "Adalah lebih baik kita saling berbicara dan bukan berbicara tentang satu sama lain, dan saya pikir pembicaraan kami membuktikan ini."
Dalam kesempatan ini Trump yang berniat membuat lelucon juga menyinggung tuduhan penyadapan yang menurut Trump dilakukan oleh Obama terhadapnya dan mengatakan di depan Merkel bahwa kemungkinan telpon Merkel juga disadap. Namun Merkel sama sekali tidak melihat bahwa hal tersebut menjadi lelucon seperti dikira Trump.
Bagi Eropa, AS di bawah Trump tentu menjadi persoalan serius, terutama kebijakan proteksionisme perdagangan serta ide-idenya yang menantang Uni Eropa dan lembaga multi lateral lainnya yang mendukung tatanan dunia.
Dalam pernyataannya, Trump misalnya berjanji untuk "menghormati lembaga-lembaga intternasional bersejarah" tapi Bannon, juga di Ruang Timur Gedung Putih, tertara ketika Merkel ditanya apakah dia percaya Trump telah berbohong dan memperlakukan Uni Eropa tidak hormat.
Trump menegaskan, bahwa dia bukan seorang isolasionis, dengan mengatakan: "Saya seorang pedagang bebas tetapi juga pedagang yang adil"
Dalam kesempatan ini juga Merkel menolak saran Trump bahwa masing-masing negara Eropa menegosiasikan kesepakatan perdagangan bebas dengan Amerika Serikat, dan bukan di bawah bendera bersama Uni Eropa. "Saya berharap kami bisa kembali ke meja perundingan dan berbicara tentang kesepakatan" antara Uni Eropa dan AS, katanya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved