Ujian Sayap Kanan Belanda

INDAH HOESIN indah.hoesin@mediaindonesia.com
16/3/2017 05:15
Ujian Sayap Kanan Belanda
(AFP/EMMANUEL DUNAND)

JUTAAN warga Belanda memberikan suara mereka kemarin dalam pemilihan umum yang menjadi ujian bagi revolusi patriotik yang diserukan pemimpin sayap kanan anti-Islam dan imigran, Geert Wilders. Pemilu Belanda mendapat sorotan masyarakat internasional terutama setelah keluar­nya Inggris dari Uni Eropa atau Britain’s Exit (Brexit) tahun lalu dan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS). Pemilu Belanda dipandang sebagai ujian untuk kekuatan sayap kanan dan partai populis menjelang pemilu di belahan Eropa lainnya.

Di tengah pergumulan antara perdana menteri saat ini, Mark Rutte, dan rivalnya yang anti-Islam dan imigran, Geert Wilders, masih banyak dari 12,9 juta pemilih yang masih ragu terhadap 28 partai yang berpartisipasi dalam pemilu. Sebagian tempat pemungutan suara (TPS) dibuka pada pukul 6.30 pagi waktu setempat, namun beberapa tempat seperti di Bandara Eindhoven diizinkan untuk lebih dahulu buka. TPS didirikan di sekolah-sekolah, balai kota, pertokoan, gelanggang boling serta kolam renang dan akan ditutup pada pukul 21.00 waktu setempat.

“Ketika orang mencari kepemimpinan, mereka melihat saya,” ujar Rutte dalam debat terakhir pada Selasa (14/3). Pemimpin partai liberal VVD ini tengah bertaruh untuk bisa menjabat ketiga kali­nya sebagai PM dari negara berpenduduk 17 juta orang ini. Rutte dan pemerintahannya secara resmi mengundurkan diri pada Selasa (14/3) menjelang pemungutan suara Rabu (15/3).

Di lain pihak, lawan Rutte, Wilders berjanji untuk menutup perbatasan bagi imigran muslim, menutup masjid-masjid dan melarang penjualan Alquran. Pria 53 tahun tersebut juga akan menarik Belanda dari UE atau Netherland’s Exit (Nexit) jika berhasil terpilih.

“Belanda bukan milik semua orang. A­pakah Anda mendengarku? Belanda milik penduduk Belanda,” ujar Wilders. Wilders menggunakan hak pilihnya di sebuah sekolah di Den Haag, dengan disorot kamera televisi. “Saya pikir apa yang terjadi di AS, mungkin di negara Eropa lainnya, yang sekali lagi orang-orang ingin menjadi patriotik di negara mereka sendiri dan memiliki kedaulat-an sendiri lagi,” tambahnya.

Kecam Wilders
Pemimpin Partai Buruh, Lodewijk Asscher, yang merupakan mitra koalisi pemerintahan Rutte, mengecam Wilders, Selasa (14/3). “Anda telah menjadi anggota parlemen selama 20 tahun. Anda telah menuliskan ribuan cuitan penuh amarah, namun Anda tidak memberi satu pun solusi. Anda melemahkan dan memecah Belanda,” ujar Asscher. Dalam jajak pendapat terakhir, Rutte unggul dari Wilders dengan VVD meraih 24 hingga 28 kursi. Sementara itu, Partai Kebebasan (PVV) pendukung Wilders tergelincir dengan hanya meraih 19 dan 22 kursi, namun jumlah ini meningkat dari sebelumnya yang hanya meraih 12 kursi.

Partai pendukung Rutte seperti Christian Democratic Appeal (CDA) dan Partai Demokrat (D66) menurut jajak tersebut ma-sing-masing akan mendapatkan 19 hingga 21 kursi dan 17 hingga 19 kursi parlemen. “Saya berharap untuk pusat koalisi yang kuat dengan Rutte bergabung bersama partai tradisional lainnya,” ujar salah seorang pemilih, Alexander van der Hooft. Seperti dilansir dari AFP, dibutuhkan rata-rata tiga bulan untuk membentuk koalisi. Namun, pengamat mengatakan dibutuhkan waktu yang lebih lama dengan empat atau bahkan lima partai untuk mencapai kursi mayoritas sebanyak 76 kursi. (AFP/Ihs/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya