Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
RIBUAN perempuan Amerika Latin turun ke jalan di ibu kota Uruguay, Montevideo, Rabu (8/3). Mereka menuntut penghentian pelecehan seksual dan kekerasan terhadap perempuan yang marak terjadi di kawasan tersebut meski itu bertameng budaya tradisional.
Massa berjajar sepanjang Jalan 18 de Julio Avenue hingga 1,5 km. Mereka menyerukan persamaan hak. Sebuah spanduk bertuliskan '8 Maret: Jika Anda menghentikan seorang perempuan, Anda menghentikan dunia' terbentang untuk menandai Hari Perempuan Internasional.
"Maaf mengganggu, tapi kami sedang dibunuh," begitu bunyi pesan yang tertera dengan tulisan tangan di atas potongan kardus yang dibawa pengunjuk rasa.
Argentina pernah memiliki presiden perempuan, tapi prinsip 'kejantanan' masih menjadi hal yang lazim di masyarakat. Setiap 30 jam, perempuan dibunuh pasangan prianya atau mantan pasangan.
'Cukup sudah! Kami ingin HIDUP', demikian tulisan berwarna ungu yang dilambai-lambaikan di dekat Plaza de Mayo, depan Istana Presiden Argentina.
Ungu ialah simbol gerakan melawan kekerasan berbasis gender. Sementara itu, sebagian demonstran mengenakan baju hitam untuk menandakan dukacita.
Sementara itu, di ibu kota Meksiko, ribuan perempuan memadati Paseo de la Reforma. Mereka mengaku sering dilecehkan secara verbal dan nonverbal di jalan-jalan oleh orang asing. "Kami tidak ingin bunga. Kami ingin hak! Menjadi perempuan seharusnya tidak menjadi faktor risiko," teriak mereka.
Presiden Cile Michele Bachelet--presiden perempuan satu-satunya di kawasan itu-- berujar di Twitter, "Kami perbarui komitmen untuk lebih banyak hak, kesempatan, dan mengakhiri kekerasan".
Di Brasil, Presiden Michel Temer memicu kehebohan di media pada Hari Perempuan. Dia mengatakan perempuan sangat jago berbelanja makanan, mengatur harga, dan dalam hal penganggaran. Setelah menjadi sorotan, penganut konservatif berusia 76 itu didampingi istrinya, Marcela, 33, untuk menarik kembali pernyataannya.
Menurut lembaga kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan PBB, UN Women, setengah dari 25 negara yang memiliki angka kematian perempuan terbesar ada di Amerika Latin.
Kekerasan terhadap perempuan menjadi tradisi yang dipertahankan di banyak negara Andean (sekitar Gunung Andes), dengan campuran budaya Spanyol. Budaya itu juga meresap di Argentina dan Uruguay, yang sebagian besar keturunan Italia.
Bahkan, di kota yang lebih makmur, perempuan memar dan babak belur yang pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kekerasan dalam rumah tangga malah diminta pulang dan berdandan. (AFP/Ire/I-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved