Kasus Jong-nam kian Isolasi Korut

23/2/2017 08:20
Kasus Jong-nam kian Isolasi Korut
(AFP/MANAN VATSYAYANA)

KOREA Utara (Korut), rezim paling tertutup di dunia, hanya memiliki beberapa karib di percaturan internasional, bahkan sebelum kasus pembunuhan Kim Jong-nam, saudara tiri Pemimpin Korut Kim Jong-un, di Malaysia pekan lalu.

Namun, dampak pembunuhan Jong-nam, Jumat (17/2), tampaknya semakin mengisolasi negara nuklir itu.

Pyongyang dan Kuala Lumpur sebetulnya telah menjalin hubungan ekonomi yang relatif hangat. Sejumlah perdagangan bilateral terjalin baik. Warga dari kedua negara telah melakukan perjalanan timbal balik berdasarkan kesepakatan unik bebas visa.

Malaysia juga telah menyediakan saluran antara pejabat Pyongyang dan dunia luas.

Kuala Lumpur dalam beberapa tahun terakhir berperan sebagai tempat pertemuan rahasia untuk pembicaraan antara rezim Korut dan musuh abadinya, Amerika Serikat.

Namun, semua hubungan mesra itu diperkirakan bakal berakhir setelah kedua negara perang urat saraf menyangkut penyelidikan Malaysia atas pembunuhan Jong-nam.

Negeri jiran itu telah menarik duta besarnya dari Pyongyang, dan secara khusus memanggil Dubes Korut Kang Chol untuk dimintai penjelasan.

Singapura membatalkan rencana bebas visa dengan Pyongyang tahun lalu sebagai protes atas uji coba nuklir keempat.

Andray Abrahamian dari Choson Exchange, lembaga nirlaba yang menyediakan pelatihan kebijakan ekonomi untuk Korut, yakin Malaysia bakal mengambil langkah serupa.

"Itu tidak akan mengejutkan saya. Rencana ini sudah benar-benar unik. Korea Utara tidak perlu visa untuk bekerja di Mongolia, Tiongkok, Vietnam, Kamboja, dan Laos, tetapi bagi Malaysia itu bukan hal biasa, " ujarnya.

Malaysia dan Korut sama-sama negara nonblok dan kesepakatan bebas visa unik tadi dimaksudkan untuk mengembangkan hubungan bisnis.

Muhammad Fuad Othman, dosen politik internasional di Universiti Utara Malaysia, mengatakan para diplomat perlu dilihat bagaimana menanggapi pembunuhan Jong-nam, yang oleh Seoul disebut didalangi Pyongyang.

"Untuk menenangkan Barat mungkin perlu mengevaluasi kembali kebijakan bebas visa yang kami berikan kepada Korut," kata Fuad Othman.

Sekitar 1.000 warga Korut saat ini bekerja di Malaysia dan pengiriman uang mereka menjadi sumber mata uang asing yang berharga dari bagi rezim terisolasi.

Korut mengimpor minyak olahan, karet, dan minyak sawit dari Malaysia.

Sebaliknya, Malaysia membeli peralatan listrik dan elektronik, bahan kimia, serta produk besi, dan baja dari Korut. (AFP/Hym/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya