Terbunuh, Setelah Hidup di Bawah Bayang-bayang Maut Penguasa

Haufan Hasyim Salengke
15/2/2017 18:24
Terbunuh, Setelah Hidup di Bawah Bayang-bayang Maut Penguasa
(AP)

PERTALIAN darah tidak selamanya saling sayang dan melindungi. Kepala Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (Korsel) Lee Byung-Ho, kemarin, mengatakan Kim Jong-nam, saudara tiri dari pemimpin Korut Kim Jong-un, telah hidup berpindah-pindah untuk melindungi nyawanya setelah upaya pembunuhan terhadap dirinya yang gagal pada 2012.

Jong-nam dilaporkan meregang nyawa setelah dilaporkan diserang oleh dua perempuan yang diyakini agen Korut atas suruhan Kim di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Senin (13/2).

Jong-Nam, putra sulung mendiang mantan pemimpin Korut Kim Jong-il, pernah dipandang sebagai pewaris tampuk kepemimpinan Korut. Namun rezim menarik dukungannya menyusul tindakan memalukan Jong-nam yang ketahuan memasuki Jepang dengan paspor palsu pada 2001 dan mengunjungi Disneyland.

Sejak itu Jong-nam hidup di pengasingan virtual, terutama di wilayah Macau, Tiongkok. Sementara Kim Jong-un mengambil alih kepemimpinan negara tertutup berkekuatan nuklir itu setelah kematian ayah mereka pada Desember 2011.

Anggota parlemen Korsel, yang mengadakan rapat tertutup dengan Lee Byung-Ho, mengatakan rezim Korut pada 2012 mencoba membunuh Jong-nam yang dikenal sebagai pendukung reformasi di Pyongyang.

"Menurut (Lee Byung-Ho) ... ada satu upaya pembunuhan pada 2012, dan Jong-nam pada April 2012 mengirimkan surat kepada Jong-un mengatakan 'Tolong ampuni saya dan keluarga saya'," kata Kim Byung-Kee, anggota Komite Intelijen Parlemen, kepada wartawan.

"Surat itu juga mengatakan ‘Tidak tempat bagi kami untuk melarikan diri, kami tahu bahwa satu-satunya cara untuk melarikan diri adalah bunuh diri'," ujarnya. Itu karena Jong-nam hanya memiliki dukungan politik kecil di Korut.

Jong-nam adalah anak tertua dari Jong-il dengan istri pertamanya. Di Korut, yang kental dengan patriarki, putra pertama dipandang sebagai pewaris resmi keluarga. Pendiri Korut, Kim Il-sung, juga menyerahkan estafet kepemimpinan ke anak pertamanya, Jong-il, ketika ia mangkat pada 1994.

Tapi suksesi kekuasaan setelah Jong-il meninggal malah jatuh ke tangan Jong-Un, yang lahir dari istri ketiga Jong-il. Itu menjadi cacat potensial dalam legitimasinya sebagai pemimpin.

Keluarga Jong-nam--mantan dan istrinya saat ini dan tiga anak—sekarang tinggal di Beijing dan Makau, menurut Lee Cheol-Woo, rekan Byung-Kee di Komite Intelijen Parlemen.

"Mereka berada di bawah perlindungan pemerintah Tiongkok," ujarnya. Ia menambahkan Jong-nam memasuki Malaysia pada 6 Februari, atau sepekan sebelum maut menjemputnya, seperti dilaporkan AFP.

Pembunuhan Jong-nam merupakan kematian profil tertinggi di bawah rezim Kim Jong-un sejak paman sang pemimpin, Jang Song-Thaek, dieksekusi karena pengkhianatan pada Desember 2013.

Jang, dikenal dekat dengan Tiongkok dan memiliki hubungan dengan elit Beijing dan seorang penganjur reformasi ekonomi, memainkan peran kunci dalam kenaikan Jong-un ke kekuasaan. Tetapi kekuasaan sang paman dipandang mengganggu oleh Kim sehingga dihabisi. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya