Penipu Cinta Bertebaran dari Australia hingga Singapura

Indah Hoesin/AFP
13/2/2017 19:34
Penipu Cinta Bertebaran dari Australia hingga Singapura
(AFP/ROSLAN RAHMAN)

CINTA mungkin tengah mengudara di Hari Valentine, menebar kebahagian bagi orang-orang di berbagai tempat.

Namun peringatan keras justru muncul dari pihak berwenang di Australia, Malaysia dan Singapura. Masyarakat diingatkan adanya penipuan daring berkedok cinta yang semakin gencar menyasar tabungan orang-orang yang kesepian.

Komisi Pengaduan dan Konsumen Australia (ACCC) mengatakan penipuan berkedok asmara meraup lebih banyak uang penduduk Australia dibanding penipuan bentuk lainnya. Terutama yang berusia lebih dari 45 tahun, kelompok ini rentan terkena tipu.

Korban biasanya terpikat akan janji-janji cinta dan persahabatan sehingga sukarela memberi uang kepada orang asing yang dikenalnya di dunia maya.

"Penipuan asmara semakin manipulatif, jadi jika Anda akan mencari cinta secara daring di Hari Valentine ini, sangat penting Anda untuk mengenali beberapa tanda peringatan," ujar wakil ketua ACCC, Delia Rickard.

Rickard mengatakan penipu akan membuat profil daring yang sangat dipercaya. Bahkan tidak jarang dilakukan dengan mencuri identitas orang lain yang terpercaya.

"Jika Anda bertemu seseorang yang tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, telitilah dulu untuk melihat apakah mereka nyata," tambahnya.

Tidak hanya di Australia, di Kuala Lumpur, polisi gabungan Malaysia dan Singapura berhasil menahan 27 pelaku penipu cinta. Termasuk 11 warga negara Nigeria yang negaranya terkenal karena penipuan uang.

Polisi turut menyita sejumlah bukti termasuk komputer, ponsel dan kartu anjungan tunai mandiri (atm) yang digunakan pelaku memperdayai korban.

Sekitar 108 orang yang kesepian harus tertipu dan merugi 21 juta ringgit pada 2016 karena kelompok ini.

Direktur Departemen Investigasi Kejahatan Komersial Malaysia, Acryl Sani mengatakan korban yang tertipu tidak hanya pria tapi juga wanita dengan 43 orang dari Singapura dan 65 orang dari Malaysia.

"Kami percaya ada sindikat yang lebih banyak beroperasi di Malaysia. Polisi akan memburu dan menangkap para pelaku," ujar Sani.

Sani menyebut para penipu akan menggunakan kata-kata kuat yang penuh emosi untuk memangsa korban yang kesepian. Pelaku bahkan hanya menggunakan pesan singkat dan tidak pernah tatap muka atau komunikasi telepon.

David Chew, Direktur Departemen Urusan Komersial Singapura mengatakan penipuan daring saat ini semakin kompleks dan bersifat transnasional.

"Untuk para penjahat yang berpikir bahwa mereka bisa bersembunyi di balik jubah anonimitas yang disediakan oleh internet untuk melakukan penipuan, kami ingin mengirim pesan bahwa kriminal tidak dibayar," ujarnya.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya