Israel-Palestina Jangan Sepihak

Indah Hosein
17/1/2017 09:35
Israel-Palestina Jangan Sepihak
(AFP/ ABBAS MOMANI)

KONFERENSI Perdamaian Timur Tengah memperingatkan Israel dan Palestina agar tidak menggunakan upaya sepihak (unilateral) yang dapat mengancam negosiasi solusi atas konflik yang telah berlangsung selama tujuh dekade tersebut.

Sekitar 70 negara yang hadir di Paris, Prancis, pada Minggu (15/1) itu meminta Israel-Palestina menghindari prasangka terkait dengan negosiasi isu-isu status terakhir, antara lain Jerusalem, perbatasan, keamanan, dan pengungsi.

Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Marc Ayrault, konferensi itu menekankan negosiasi harus berdasarkan kesepakatan perbatasan 1967--sebelum Israel menduduki Tepi Barat dan Jerusalem timur--serta resolusi utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan prospek kedua negara untuk saling berdampingan tampak semakin elusif. "Ini tetap menjadi tujuan seluruh masyarakat internasional," ujar Hollande.

Baik Israel maupun Palestina tidak menghadiri konferensi pada Minggu. Palestina mendukung konferensi itu, tetapi Israel menganggapnya sia-sia.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah diundang untuk membahas hasil pertemuan tersebut. Netanyahu dikabarkan tidak akan hadir, sedangkan Abbas dijadwalkan hadir dalam beberapa minggu ke depan.

Indonesia turut terlibat dalam konferensi kedua yang dihadiri Wakil Menlu AM Fachir sebagai delegasi. Melalui berbagai forum termasuk konferensi tersebut, Indonesia terus menekankan resolusi PBB yang meminta penghentian pembangunan permukiman ilegal Israel di Palestina.

"Indonesia juga akan terus menjaga komitmen soal kemerdekaan bagi Palestina dengan mendukung resolusi terbaru PBB," ujar Menlu Retno Marsudi beberapa waktu lalu di Istana Presiden.

Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri pun menyatakan Indonesia siap memberikan bantuan capacity building bagi Palestina dalam persiapan meraih kemerdekaan.

Upaya pembangunan itu dianggap sangat penting terutama di bidang kesehatan dan pendidikan. "Upaya selanjutnya mendorong dialog khusus antara masyarakat sipil Palestina dan Israel agar toleransi antara keduanya tumbuh sehingga bisa hidup berdampingan," ujar juru bicara Arrmanatha Nasir.

Solusi dari AS
Konferensi ini berlangsung setelah Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji memindahkan kedutaan besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Jerusalem yang memicu kekhawatiran eskalasi tinggi di Timur Tengah.

Sementara itu, Menlu AS John Kerry mengatakan AS telah bernegosiasi dalam konferensi itu untuk mencegah Israel diperlakukan tidak adil. Menurutnya, kesepakatan positif tercapai setelah diplomat AS berkeras mengecam hasutan Palestina dan serangan terhadap Israel.

"Kami melakukan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai resolusi yang seimbang sehingga dapat dianggap positif bagi kedua pihak," ujar Kerry yang telah bertemu dengan Netanyahu.

Menurutnya, negara-negara Arab yang hadir dalam konferensi telah setuju dan mendukung garis kebijakan AS untuk solusi dua negara. Dalam pidatonya bulan lalu, Kerry menekankan solusi yang mengacu ke kebutuhan kedua negara, termasuk pengakuan Israel sebagai negara Yahudi.(AFP/Ire/I-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya