Penembak Terancam Hukuman Mati

MI
09/1/2017 10:20
Penembak Terancam Hukuman Mati
(AFP/JOE RAEDLE)

JAKSA penuntut Amerika Serikat menuntut veteran perang Irak, Esteban Santiago, 26, atas penembakan di Bandar Udara Fort Lauderdale, Florida, yang menewaskan lima orang dan melukai enam lainnya. Aparat keamanan juga menyelidiki kemungkinan terorisme dalam serangan itu.

Jaksa penuntut Sabtu (7/1) menyatakan Santiago melakukan pelanggaran senjata api dan tindakan kekerasan. "Jika dakwaan terbukti, Santiago terancam menerima hukuman mati atau penjara seumur hidup," kata Jaksa Wifredo Ferrer dalam sebuah pernyataan.

Dia mengatakan mantan anggota Garda Nasional Puerto Rico dan Alaska yang bertempur di Irak itu akan dihadapkan ke pengadilan hari ini, Senin (9/1).

Sebelumnya, Santiago menunjukkan 'perilaku tidak menentu' saat tiba dari Alaska pada Jumat (6/1). Di pengambilan bagasi dia mengambil sebuah pistol semiotomatis 9mm dan amunisi yang di-simpan di dalam bagasi. Dia diduga mengisi senjatanya di toilet dan melepaskan tembakan ke area pengambilan bagasi yang tengah ramai.

"Santiago mulai menembak, membidik kepala korban-korbannya sampai kehabisan amunisi," ungkap Ferrer.

Setelah amunisinya habis, Santiago telungkup di lantai dan menyerah saat seorang petugas keamanan mendekati-nya. Hujan peluru itu membuat ribuan orang di bandara lari pontang panting dan bandara ditutup hingga 16 jam.

Agen khusus FBI, George Piro mengatakan motif serang-an masih ditelusuri termasuk kemungkinan terorisme.

Piro membeberkan pada 7 November lalu, Santiago melapor ke kantor FBI di Anchorage, Alaska, dan memprotes bahwa dirinya dipaksa badan intelijen nasional menonton video-video Islamic State. Perilakunya yang tidak menentu membuat agen-agen FBI melaporkannya ke polisi setempat untuk diperiksa kejiwaannya.

Kepala Polisi Anchorage, Christoper Tolley mengatakan Santiago datang dengan magasin terisi penuh, namun senjata dan bayinya ditinggalkannya di mobil.

Polisi mengambil senjatanya saat itu demi keselamatan namun dia berhasil mengklaimnya kembali pada 8 Desember. Tolley belum dapat menjelaskan apakah itu senjata yang sama digunakan dalam penyerangan atau bukan.

Saudara laki-laki Santiago, Bryan mengkritik penanganan kasus itu dan otoritas yang mengizinkan saudaranya keluar dari pusat psikologi empat hari setelah melaporkan kondisinya.

Administrasi Keamanan Transportasi sebagai penanggung jawab keamanan bandara juga dikritik karena mengizin-kan penumpang membawa senjata api dan amunisi dalam bagasi. (AFP/Ire/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya