Junta Thailand Janji tak Kudeta

Thomas Harming Suwarta
03/1/2017 05:30
Junta Thailand Janji tak Kudeta
()

CATATAN panjang upaya kudeta militer di Thailand dijanjikan tidak akan terjadi lagi.

Meski demikian, kepastian penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) masih buram.

Panglima Militer Thailand Jenderal Chalermchai Sitthisat mengatakan kudeta militer merupakan sesuatu yang hanya terjadi di masa lalu.

"Saya konfirmasikan bahwa tidak akan ada kudeta. Apa yang akan menjadi alasan untuk harus melakukan kudeta? Tidak akan ada kudeta. Kami telah belajar dari apa yang terjadi (di masa lalu)," ujar Chalermchai dalam sebuah wawancara dengan media di Thailand.

Pria yang ditunjuk menjadi panglima oleh pemimpin kudeta yang kini menjadi Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha itu mengatakan, pihak militer telah berjanji untuk melaksanakan pemilu segera setelah konstitusi yang baru telah disahkan.

Namun, kepastian tanggal pemungutan suara itu masih terus diulur-ulur.

Anggota mejelis nasional mengatakan pemilu diperkirakan diundur hingga Maret atau April 2018.

"Kegiatan itu (pemilu) tidak akan dilaksanakan pada tahun ini. Itu bukan penundaan tetapi karena liku-liku dalam undang-undang pemilihan umum," ujar Anggota Majelis Legislatif Nasional (NLA) dari militer Somjet Boonthanom kepada Reuters.

Namun, juru bicara Kantor Perdana Menteri Mayor Jenderal Sansern Kaewkamnerd mengatakan, pemerintah masih mengacu pada jadwal pemilu semula yang direncanakan akhir tahun ini.

"Sejauh pertimbangan pemerintah hingga saat ini, kami berada di jalan yang telah ditentukan. Pendapat dari NLA merupakan milik mereka sendiri," ujarnya.

Janji Junta

Pemerintah pimpinan junta militer berjanji mengadakan pemilu guna mengembalikan pemerintahan sipil.

Para pengamat menyampaikan kekhawatiran militer akan 'turun tangan' jika politisi sipil yang maju dalam pemilu nanti tidak disukai para petinggi militer.

Chalermchai yang merupakan mantan kepala pasukan khusus Thailand menampik kemungkinan militer tersebut.

Janji Chalermchai itu menuai respons beragam para netizen di media sosial.

Ada yang menyambut gembira tetapi ada juga yang menilai apa yang dikatakan panglima militer Thailand ini hanya kata-kata belaka yang belum tentu dilaksanakan secara konsisten.

"Jika tentara mengatakan sesuatu seperti itu berarti mereka akan melakukan hal yang sebaliknya, pasti," komentar seorang netizen, Eakapong Leesinla melalui akun Facebook miliknya.

Seorang pengguna Facebook lain, Pom Pongchan, memberi komentar,

"Mengapa mengajukan pertanyaan seperti itu. Kita semua tahu apa yang akan dia jawab, siapa yang akan mengatakan ya?" ujarnya.

Kekhawatiran akan berulangnya kudeta wajar muncul. Pasalnya, dalam delapan dekade terakhir, junta berhasil merebut kekuasaan sebanyak 12 kali.

PM Prayuth Chan-ocha menggulingkan pemerintah terpilih pada 2014.

Prayuth mengatakan ia dipaksa untuk merebut kekuasaan untuk mengendalikan korupsi politik dan membawa stabilitas yang dibutuhkan Thailand setelah dilanda satu dekade konflik politik antara pendukung Shinawatra dan lawan-lawan politiknya.

Namun, para pengamat menilai kudeta itu hanya sebagai upaya militer dan sekutunya di tubuh elite politik Bangkok mengenyahkan Shinawatra.

Mereka memastikan Shinawatra--yang dipandang sebagai pahlawan bagi kelompok tertindas di sebagian besar wilayah miskin di perdesaan dan perkotaan, tidak pernah kembali berkuasa. (AFP/Reuters/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya