Jumlah Jurnalis Tewas Menurun, Teror Meningkat

20/12/2016 04:40
Jumlah Jurnalis Tewas Menurun, Teror Meningkat
()

SETIDAKNYA 57 jurnalis di penjuru dunia tewas sepanjang 2016 saat melaksanakan tugas mereka.

Hal itu diungkapkan Reporters Without Borders dalam laporannya kemarin.

Menurut kelompok kebebasan pers itu, 19 jurnalis tewas di Suriah, diikuti 10 jurnalis yang tewas di Afghanistan, 9 kehilangan nyawa di Meksiko, dan 5 orang tewas di Irak.

Hampir seluruh jurnalis yang tewas tersebut merupakan wartawan lokal.

Walaupun jurnalis yang tewas tahun ini lebih sedikit ketimbang di 2015 yang tercatat 67 orang, kelompok tersebut mengatakan menurunnya jumlah jurnalis yang tewas karena banyak sekali jurnalis yang melarikan diri dari negara-negara berbahaya seperti Suriah, Irak, Libia, Yaman, Afghanistan, dan Burundi.

Kelompok itu mengatakan penarikan jurnalis dari negara-negara yang dilanda konflik telah menciptakan 'lubang hitam berita dan informasi di saat impunitas merajalela'.

Selain itu, sembilan bloger dan delapan pekerja media juga tewas pada tahun ini.

Reporters Without Borders mengatakan menurunnya jumlah jurnalis yang tewas itu juga disebabkan 'teror' yang dilakukan 'para pemburu kebebasan pers' yang menutup media dengan semena-mena dan menyulitkan para jurnalis.

Di banyak negara seperti Meksiko, teror itu menyebabkan para jurnalis melakukan penyensoran sendiri guna menghindari pembunuhan, kata kelompok tersebut dalam laporan tahunan mereka.

Di Afghanistan, seluruh jurnalis yang tewas ditargetkan secara se-ngaja karena profesi mereka.

Tujuh orang, termasuk tiga perempuan, tewas dalam serangan bunuh diri Januari lalu di dalam sebuah bus kecil yang digunakan Tolo TV. Taliban mengklaim bertanggungjawab atas serangan itu.

Yaman termasuk salah satu tempat berbahaya bagi jurnalis. Lima jurnalis tewas sepanjang tahun ini.

Selain itu, lebih dari 7.000 orang tewas dalam perang yang melibatkan pasukan pemerintah yang didukung Arab Saudi melawan pemberontak Huthi yang telah berlangsung sejak 2015.

"Kekerasan terhadap jurnalis menjadi sebuah hal yang semakin disengaja," ungkap Sekjen RSF Christophe Deloire.

"Mereka dijadikan target secara terang-terangan dan dibunuh karena mereka adalah jurnalis."

Dia mengatakan situasi yang mengkhawatirkan itu mencerminkan kegagalan mencolok aksi internasional untuk melindungi jurnalis.

Kelompok itu mengatakan situasi tersebut merupakan jaminan kematian untuk pelaporan independen di daerah-daerah yang menggunakan segala cara untuk memaksakan penyensoran dan propaganda, terutama oleh kelompok-kelompok fundamentalis di Timur Tengah.

Kelompok itu meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk menunjuk seorang wakil khusus bagi perlindungan jurnalis. (AFP/*/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya