Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
TIGA belas tahun setelah bermukim di Auckland, Selandia Baru, Aida Edwards akhirnya bernyali untuk memulai bisnisnya sendiri. Dengan membobol sekitar NZ$10 ribu atau sekitar Rp95 juta saat itu, dari tabungannya, ia membeli restoran Kuta Bali yang berlokasi di Ponsonby, Auckland, satu setengah tahun lalu.
Sembilan bulan pertama merupakan masa terberat bagi perempuan kelahiran Nganjuk, Jawa Timur itu. Jumlah tamu yang datang masih sering naik turun.
Alhasil, Aida tidak jarang mesti menombok dari kocek sendiri untuk menutupi biaya operasional restoran, termasuk membayar gaji karyawan.
“Setelah 9 bulan, tamu mulai stabil. Bahkan sudah ada pelanggan-pelanggan tetap. Tapi masih lebih banyak tamu orang sini ketimbang Indonesia. Tamu orang Indonesia mungkin sekitar 15%-19%,” ujar Aida seusai restoran tutup.
Sekitar setahun lebih dikelola Aida, Kuta Bali mencatat pertumbuhan omzet yang cukup baik.
Ia mengestimasi, ada pertumbuhan pendapatan kurang lebih 20%-25%. Capaian yang ia dapat dari kerja keras serta dukungan optimal para pegawainya.
Di Kuta Bali, Aida pun bukanlah pemilik yang sekadar ongkang kaki. Ia juga menjadi chef di samping dua koki lain yang ada.
Ada belasan menu yang disajikan di restorannya dengan harga berkitar NZ$12 per porsi. Oseng ayam maupun gulai kambing adalah beberapa menu yang menurut Aida menjadi favorit para pelanggan.
“Saya memang ingin punya restoran sendiri karena saya ingin menyajikan masakan Indonesia yang autentik di Auckland,” lanjut perempuan berusia pertengahan 30 tahun itu.
Urusan masak-memasak sudah dikenal Aida sejak kecil. Aida cilik acap membantu ibunya menyiapkan makanan.
Di kampungnya, kata dia, sang ibu memang dikenal sebagai tukang masak. Sementara sang ayah, disebut Aida sebagai sosok yang jarang ia lihat karena tugas kemiliterannya.
Selulus SMA, Aida pergi ke Selandia Baru untuk kuliah sekaligus mengubah hidup. Ia sempat memilih jurusan akuntansi. Namun, diakuinya, itu tidak berjalan baik. Aida kemudian banting setir, kembali ke dunia yang dicintainya sejak dulu, kuliner.
“Saya lalu ambil kuliah untuk menjadi chef. Memang di sini pun saya dulu sambil kerja di hotel, kafe, atau restoran,” bebernya.
Seorang kawan kemudian berkabar, ada rumah makan Indonesia yang akan dijual di Ponsonby, kawasan pusat kota yang terbilang hip dan ramai hingga malam.
Pemilik sebelumnya memang memiliki beberapa restoran Indonesia di Auckland, termasuk Kuta Bali, restoran bernama serupa di kawasan Albany.
“Jadi dua restoran ini meski namanya sama, tapi pemilik sudah berbeda. Sambil menyiapkan perubahan menu, saya juga mempertimbangkan untuk menambah kata ‘warung’. Nantinya yang di Ponsonby ini menjadi Warung Kuta Bali,” tutur Aida.
Membuka restoran di Auckland, menurutnya, relatif tidak terlalu rumit. Ada beberapa lisensi yang harus dipenuhi, termasuk untuk kualitas makanan (food grading).
Pengurusan lisensi itu, ia hitung-hitung sekitar NZ$250. Setiap 6 bulan, tingkat food grading itu akan dievaluasi. Namun, saban tiga bulan, inspektor dari pemerintah akan datang untuk membuat catatan.
“Kita usahakan terus mendapat grading A, itu paling tinggi. Kalau lihat itu, pelanggan akan confident terhadap kualitas makanan,” ucapnya.
Sertifikasi itu memang biasanya dipajang di dinding restoran supaya memudahkan tamu-tamu melihatnya.
Kendati telah belasan tahun menetap di 'Negeri Kiwi', Aida mengaku tidak kehilangan kecintaannya terhadap Indonesia. Kabar-kabar di Tanah Air pun diikutinya. Mulai dari soal Pilkada DKI sampai Mario Teguh.
Hal yang paling disukainya saat bekerja adalah bertemu sesama orang Indonesia. “Saya senang sekali kalau ada tamu menyapa ‘Dari mana mbak?’ Rasanya happy bisa bertemu di sini, jauh dari Tanah Air.”
Menyusul perubahan menu yang akan dilakukan, Aida ingin menambah satu orang lagi chef. Kalau bisa, berasal dari Indonesia. Ia pun siap menjadi sponsor.
“Yang baru lulus sekolah (memasak), juga enggak apa-apa. Yang penting bisa bekerja sama, karena di sini kita kekeluargaan,” kata dia.
Anda berminat? (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved