Ancaman Trump Sia-Sia

05/12/2016 09:00
Ancaman Trump Sia-Sia
(AP/John Minchillo)

ANCAMAN retalisasi Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump terhadap perusahan-perusahaan AS yang berniat mengalihkan operasinya ke luar negeri, dianggap tidak akan banyak berpengaruh.

Ancaman tersebut menghadirkan risiko baru bagi perusahaan multinasional di AS.

"Perusahaan-perusahaan tidak akan bisa meninggalkan AS tanpa membayar konsekuensinya. Hal itu tidak akan terjadi. Perusahaan-perusahaan itu bisa berpindah dari satu negara bagian ke negara bagian lain, tapi meninggalkan AS akan sangat sulit bagi mereka," ujar Trump, kemarin.

Ancaman tersebut dikeluarkan Trump setelah bersepakat dengan Carrier agar perusahaan tersebut mempekerjakan 1.100 pegawainya di Indiana, Kamis (1/12) lalu.

Sebagai gantinya, Trump menjanjikan insentif pajak senilai US$ 7 juta selama sepuluh tahun bagi Carrier.

Senator Bernie Sanders mengatakan, Trump mengajukan proposal yang buruk kepada Carrier.

Pasalnya, Carrier tetap akan memindahkan 1.000 pekerjaan ke Meksiko.

"Trump gagal menyelematkan 2.100 pekerjaan seperti yang ia janjikan. Carrier menyandera Trump dan menang dalam negosiasi," ujar Saunders.

Trump tidak menjelaskan rencananya untuk memaksa perusahaan multinasional tetap membuka lapangan pekerjaan di AS.

Namun demikian, Trump diyakini bakal memadukan obral insentif dan ancaman pembatalan kontrak perusahaan dengan negara.

Boeing misalnya, harus berkompromi jika ingin kontrak mereka diperbaharui.

Namun ancaman Trump tersebut diyakini tidak akan berpengaruh banyak.

Catterpilar misalnya.

Pada Maret 2015 lalu, telah mengumumkan bakal menutup sebuah pabrik di Joliet, Illinois, dan memindahkan operasinya ke Meksiko.

"Kita tetap melanjutkan rencana tersebut," ujar juru bicara Caterpillar, Matt Lavoie.

Perusahaan makanan Mondelez International juga mengeluarkan sinyalemen akan segera hengkang dari AS dan merelokasi operasinya dari Chicago ke Meksiko.

"Apalagi kita juga tidak punya kontrak dengan pemerintahan yang baru," ujar jubir Mondelez, Laurie Guzzinati. (AFP/*/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya