Trump Diminta Tolak Agresi Rusia

Indah Hoesin
17/11/2016 03:30
Trump Diminta Tolak Agresi Rusia
(AFP/SAVO PRELEVIC)

PRESIDEN Ukraina Petro Poro-shenko meminta presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk mendukung penentangan agresi Rusia dalam percakapan terkait ucapan selamat atas kemenangan Trump pada Selasa (15/11).

Trump yang secara mengejutkan memenangi pemilihan presiden AS telah pula menimbulkan kekhawatiran bagi Kiev.

Pasalnya, di sebuah acara televisi, Trump memuji Presiden Rusia Vladimir Putin.

Trump memiliki pandangan berbeda terhadap koalisi Barat dalam menentang Moskow.

Pada awal tahun ini, pengusaha miliuner itu pernah menyatakan seharusnya AS menerima aneksasi Rusia terhadap Krimea jika hubungan AS-Rusia membaik.

Dalam ucapan selamat atas kemenangan Trump, Poroshenko menginginkan untuk bekerja sama dengan pemerintah AS.

"Kemitraan strategis antara Ukraina dan AS untuk lebih diperkuat," ucap Poroshenko yang disampaikan Kepresidenan Ukraina.

Poroshenko juga menggarisbawahi pentingnya dukungan kuat dari Washington dalam menentang agresi Rusia dan megimplementasikan reformasi yang mendesak di Ukraina.

Baik Poroshenko dan Trump menyatakan kesepakatan mereka untuk melakukan pertemuan bilateral.

Akan tetapi, pernyataan tersebut tidak dijelaskan secara lebih detail.

Boneka Putin
Di sisi lain, hasil pemilihan presiden AS telah memunculkan kekhawatiran di negara pecahan Uni Soviet tersebut.

Pasalnya, rival Trump yang juga calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, pernah menyebut Trump sebagai 'bonekanya' Putin.

Namun, pada awal pekan ini, Poroshenko mengatakan dirinya tidak lagi meragukan Trump yang akan menolak untuk mengakui aneksasi Rusia terhadap Krimea.

Sementara itu, Putin dan Trump telah berbincang via telepon pada Senin (14/11) malam untuk pertama kalinya sejak pengumuman hasil pemilu AS.

Keduanya bersepakat perlunya normalisasi hubungan antara Washington dan Moskow.

Setelah Rusia menganeksasi Krimea yang menjadi bagian wilayah Ukraina pada Maret 2014, hubungan AS-Rusia mencapai titik terendah sejak Perang Dingin.

Washington memutuskan memberi sanksi ekonomi berat kepada Rusia.

Di lain pihak, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan bahwa Trump akan menjadi sekutu jika presiden AS terpilih itu memenuhi janjinya untuk melawan teroris.

Namun, Assad masih meragukan kemampuan Trump.

"Kami tidak bisa mengatakan apa-apa tentang apa yang dia (Trump) akan lakukan, tapi jika..dia akan melawan teroris, tentu saja kami akan menjadi sekutu, sekutu alami sama seperti dengan Rusia, Iran, dan banyak negara lainnya," ujar Assad dalam wawancara dengan televisi Portugal, RTP.

Namun, saat ditanya mengenai kampanye Trump yang menyarankan AS lebih fokus pada perang melawan kelompok Islamic State (IS), Assad mengatakan pihaknya akan menyambut hati-hati langkah itu.

"Saya akan mengatakan itu cukup menjanjikan, namun apakah dia (Trump) bisa melakukannya? Bagaimana dengan kekuatan yang berlawanan dalam pemerintahannya?" tanya Assad. (AFP/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya