Indonesia, Filipina, dan Malaysia Berkomitmen Buru Abu Sayyaf

PRESIDEN Filipina Rodrigo Duterte menyampaikan bahwa akan memperbolehkan pasukan keamanan Malaysia dan Indonesia memasuki peraian Filipina untuk memburu para perompak.

Hal itu terkait dengan terulangnya lagi penculikan ABK. Kali ini, penculikan menimpa dua kapten kapal asal Indonesia yang bekerja pada kapal penangkap ikan milik Malaysia. Mereka diculik di perairan Sabah pada 5 November lalu.

Menurut Strait Times, Jumat (11/11), Perdana Menteri Malaysia Najib Razak juga telah memberikan lampu hijau selama kunjungan Duterte ke Malaysia.

"Filipina telah menawarkan kerja sama trilateral ke Malaysia dan Indonesia untuk mengejar para perompak di perairan Filipina," kata Najib usai bertemu dengan Duterte, seperti dikutip Asian Correspondent.

"Jika para perompak memasuki batas maritim Filipina, pihak berwenang Malaysia atau Indonesia hanya perlu menginformasikan angkatan laut Filipina untuk terus mengejar mereka. Pihak berwenang Filipina akan membantu dalam mengejar para perompak," lanjutnya,

Najib juga mengatakan bahwa menteri pertahanan ketiga negara akan bertemu di Vientiane, Laos pada 22 November mendatang untuk menetapkan prosedur operasi standar.

Pendekatan baru ini, kata Najib, adalah cara praktis bagi negara-negara untuk mengatasi masalah keamanan utama yang telah mengganggu tiga negara.

Najib pun membeberkan bahwa 10 warga Malaysia diculik di lepas pantai Sabah tahun ini. Lima di antaranya masih ditahan oleh militan.

Beroperasi di Pulau Jolo dan Filipina Selatan, kelompok militan Abu Sayyaf terkenal sering merompak dan menyandera ABK negara lain dan juga turis.

Baru-baru ini pun mereka mengklaim bahwa mereka menculik dan menyandera dua warga Jerman. Malangnya, satu di antara korban sudah ditembak mati oleh anggota Abu Sayyaf. (MTVN/OL-3)