AS Tetap Recoki Timur Tengah

Deri Dahuri
10/11/2016 08:13
AS Tetap Recoki Timur Tengah
(MI/Ebet)

SIAPA pun pemenang pemilu presiden Amerika Serikat (AS) yang digelar pada Selasa (8/11) waktu setempat, ada satu hal yang sangat jelas. Apa satu hal tersebut? AS akan tetap melanjutkan campur tangan dalam sejumlah konflik di kawasan Timur Tengah.

Di bawah kendali Barack Obama, 'Negeri Paman Sam' memang mengurangi intervensi dengan menerjunkan personel militer dalam skala besar. Namun, Amerika lebih banyak mengerahkan <>drone atau pesawat nirawak.

Selama delapan tahun mengendalikan AS, Obama dinilai telah meninggalkan sejumlah warisan yang kontroversial. Pasalnya hingga kini, konflik masih berkecamuk di Suriah, Irak, Yaman, dan Libia. Sejumlah serangan sporadis masih pula terjadi di Tunisia, Turki, dan Libanon. Kondisi 'mendidih' masih dirasakan di daerah pendudukan Tepi Barat.

Stephen Walt, profesor hubungan internasional dari Harvard's Kennedy School, kepada Al-Jazeera menilai warisan kebijakan Obama hampir gagal total. Two-state solution terkait dengan konflik Israel dan Palestina jauh dari harapan.

Intervensi militer terhadap Libia dan Yaman justru membuahkan negara gagal atau failed state. Niat Obama menggulingkan Bashar al-Assad dan mendukung kelompok pemberontak yang disebut moderat terganjal campur tangan Rusia.

Kesuksesan satu-satunya Obama hanyalah soal kesepakatan program nuklir dengan Iran. Iran yang dipandang sebagai ancaman bagi AS dan sekutu mereka, Israel, sepakat untuk membatalkan program nuklir. Titik temunya, sanksi terhadap Iran pun dicabut.

Jabatan Obama berakhir dan tinggal menghitung bulan, AS akan dipimpin Donald Trump dari Partai Republik. Trump siap menempati Oval Office di Gedung Putih. Namun, kebijakan AS terhadap negara-negara Timur Tengah secara keseluruhan tak banyak berubah terutama campur tangan mereka.

Perubahan yang mungkin mencolok ialah hubungan AS-Rusia yang tengah memanas menjadi berkurang. Benih Perang Dingin tak bakal tumbuh subur. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Trump akan bahu-membahu dalam memerangi kelompok militan Islamic State (IS).

Pasalnya selama kampanye, Trump berjanji mengerahkan pasukan AS secara besar-besaran untuk menumpas kelompok yang mengancam Amerika tersebut. Berbeda dengan kebijakan Obama yang lebih mengutamakan menggulingkan pemerintah Bashar al-Assad daripada kelompok IS. (I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya