Tuntutan Oposisi Venezuela tidak Berhenti

08/11/2016 08:41
Tuntutan Oposisi Venezuela tidak Berhenti
(AFP/VENEZUELAN PRESIDENCY/MARCELO GARCIA)

AROMA permusuhan dan perseteruan kian menyusut di Venezuela. Unjuk rasa yang melibatkan ribuan demonstran tak lagi tampak di jalanan Kota Caracas. Situasi
kondusif mulai terasa setelah Presiden Nicolas Maduro dan oposisi bersepakat untuk meredam konflik.

Mereka bersedia untuk membahas jalan keluar dalam mengatasi krisis pada Selasa (1/11). Kesepakatan dua pihak yang berseberangan itu telah memberikan secercah harapan bagi publik Venezuela ke depan.

Kedua belah pihak siap duduk bersama atas permintaan Paus Fransiskus. Setelah Vatikan turun tangan, saling ancam dan menghina di antara kedua pihak mulai berkurang. Pada Jumat (11/11) mendatang, Maduro dan oposisi siap bertemu.

Namun, baru saja menandatangani perdamaian, kubu oposisi Democratic Unity Table (MUD), Selasa (1/11), membuat tuntutan yang mengancam kesepakatan. Mereka
mendesak pemerintah untuk mempercepat pemilu. Mereka menuntut bulan keempat tahun depan pemilu digelar kendati masa jabatan Maduro baru berakhir pada 2019.

Maduro yang dituduh sebagai penyebab krisis tak mau begitu saja menuruti permintaan mereka. Dia menegaskan tak akan menerima ultimatum dari para lawan politik yang disebut sebagai ‘harapan palsu’.

“Saya ingin memperingatkan kamu semua, khususnya kalangan pendukung oposisi. Mereka terserah kepada kalian lagi,” ucap Maduro pada pidato nasionalnya
Kamis (3/11) lalu.

Orang kepercayaan Maduro, Diosdado Cabello, yang juga juru bicara parlemen partai berkuasa, Partai Sosialis Bersatu Venezuela (PSUV), meminta oposisi tidak membelokkan rencana pertemuan.

“Saya tidak melihat masa depan (dalam pembicaraan), terutama saat orang-orang ini mengatakan meminta pelaksanaan pemilu lebih awal pada perempat tahun
2017,” tegas Cabello dalam wawancara dengan stasiun televisi swasta Televan.

“Jika mereka (oposisi) ingin walk out, ya silakan. Tidak ada pemilihan umum di sini.... Kami tidak akan menerima apa pun yang berada di luar konstitusi,” tambah Cabello.

Sebaliknya, utusan Paus, Uskup Agung Italia Claudio Maria Celli mengingatkan risiko yang terjadi jika pertemuan pihak berseteru di Venezuela gagal dilaksanakan.

“Jika satu delegasi dan pihak lain membatalkan dialog, bukan Paus, rakyat Venezuela yang akan dirugikan karena jalanan akan dpenuhi darah,” kata Celli kepada
surat kabar Argentina, La Nacion, Sabtu (5/11).

Venezuela dilanda resesi parah akibat harga minyak dunia anjlok sejak tiga tahun terakhir. Krisis ekonomi menyebabkan kerusuhan, penjarahan, dan tindak kejahatan
melanda negeri itu. Menipisnya pasokan makanan dan obatobatan membuat rakyat Venezuela sangat putus asa. Pemantau Hak Asasi Manusia (HRW) menyebut
krisis kemanusiaan di negara itu sangat mengkhawatirkan. (AFP/Deri Dahuri/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya