Amarah Trump kepada Republik

Ths
13/10/2016 05:15
Amarah Trump kepada Republik
(AFP / FREDERIC J. BROWN)

CALON Presiden Partai Republik Donald Trump tampaknya putus asa justru pada saat-saat akhir menjelang hari pemilihan.

Kali ini Trump meluapkan amarahnya kepada tokoh-tokoh Partai Republik yang dia anggap tidak setia memberikan dukungan kepada dirinya.

Trump menyatakan dirinya tidak lagi berada dalam struktur partai berusia 162 tahun itu dan mengecam mereka karena menganggap partai memberikan dukungan kosong kepada dia.

Partai Republik, disebut Trump, telah menye-rangnya dari segala penjuru.

Ketidakloyalan Partai Republik, menurutnya, lebih sulit dilawan ketimbang menghadapi Demokrat.

"Ini baik, belenggu itu telah dilepaskan dari saya dan saya kini bisa memperjuangkan Amerika dengan cara yang saya inginkan. Saya akan mengajar mereka," sambung dia.

Trump menyerang Ketua Parlemen AS sekaligus Tokoh Senior Partai Republik Paul Ryan, yang disebut sebagai "pemimpin yang lemah dan tidak efektif."

"Saya tidak ingin dukung-annya. Saya tidak peduli dukungannya. Saya tidak ingin berada dalam sebuah lubang perlindungan dengan orang-orang ini, termasuk Ryan, terutama Ryan," lanjutnya.

Sebelumnya, Ketua Parlemen AS itu berkata kepada anggota parlemen dari Partai Republik, dia akan fokus memenangi pemilu legislatif demi memastikan Republik tetap menguasai badan legislatif.

Pernyataan itu membuat Trump marah besar dengan mengirimkan serangkaian pesan menyerang Ryan dan Partai Republik di Twitter.

Hubungan antara Trump dan pemimpin Partai Republik memang sejak awal sudah tegang.

Pasalnya, pernyataan Trump dinilai sering di luar kendali dan menjadi senjata yang menjatuhkan dirinya sendiri.

Terakhir, kondisi itu diperparah setelah beredarnya video rekaman yang dibuat dalam sebuah acara televisi pada tahun 2005 yang menampilkan Trump berkomentar melecehkan perempuan dengan kata-kata yang tidak pantas.

Presiden Barack Obama mangatakan, tidak masuk akal jika sejumlah pendukung Partai Republik menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap komentar Trump, tapi terus mendukung dia untuk duduk di Gedung Putih. (AFP/Ths/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya