Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SUDAH seminggu berlalu sejak badai Matthew menghancurkan Haiti.
Sejumlah organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terus mengirimkan bantuan untuk perbaikan kondisi di sana.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan World Food Program (WFP) menyalurkan lebih banyak lagi bantuan makanan, kemarin.
WHO mengirimkan satu juta dosis vaksin kolera, sedangkan WFP mengirimkan beberapa ton makanan ke Les Cayes, Haiti untuk dibagikan ke dua desa tepi pantai.
Tim bantuan PBB dan Amerika Serikat pada Selasa (11/10), membawa sejumlah bahan bangunan seperti seng untuk memperbaiki rumah warga.
Seng-seng tersebut mulai terpasang di permukiman yang sebelumnya tidak memiliki atap karena tersapu badai di Les Cayes.
Sementara itu, tim penjaga perdamaian PBB dari tentara Brasil pada Selasa (11/10) juga bekerja membersihkan jalanan.
Mereka pun memberikan water hazard di sekitar jalur para penduduk yang sebelumnya mengonsumsi air yang berisiko penyakit.
"Misi kami di sini ialah membersihkan jalan agar konvoi bantuan kemanusiaan bisa lewat," ujar salah satu tentara.
Sejauh ini, bantuan utama diberikan kelompok Kristen Amerika.
Salah satunya, Sama-ritan Purse yang memberikan bantuan berupa produk kebersihan seperti sabun, sampo, tisu toilet, dan ember putih serta cairan klorin penjernih air.
"Kami hanya berusaha membantu apa yang paling dibutuhkan orang-orang ini," ujar salah satu relawan.
Meski demikian, banyak masyarakat daerah terpencil yang belum terjamah bantuan.
"Kami belum melihat bantuan sama sekali. Orang-orang kelaparan, kenapa tidak ada yang datang membantu?" ujar Jean Nelson, 68, salah satu penduduk di Groteaux, kota yang berjarak setengah jam dari kota utama Les Cayes.
Badai itu tidak hanya menghancurkan rumah, tapi juga mata pencaharian masyarakat serta membuat makanan serta air bersih menjadi langka.
Selama seminggu penduduk hanya memperoleh makanan dari kelapa-kelapa yang jatuh ketika badai.
Kebanyakan penduduk terlalu miskin hingga tidak sanggup membeli beras yang harganya naik dua kali lipat pascabadai.
Badai ganas Matthew yang merenggut 34 nyawa di Amerika Serikat (AS) dan 500 orang di Haiti ini juga berdampak bagi perekonomian lokal dan regional karena menyebabkan sejumlah tempat usaha di Florida dan North Carolina harus ditutup sementara.
"Saya tidak pernah mengalami sesuatu seperti ini dalam 12 tahun bisnis saya," ujar Ami Zipperer yang memiliki dua toko pasokan kebun di Savannah, Georgia.
Toko Zipperer rusak dan ia kehilangan pendapatan US$5.000 hingga US$7.000 per hari.
Namun, dia tidak tahu apakah perusahaan asuransi akan menggantinya.
Menurut perusahaan sekuritas perbankan AS, Goldman Sachs, Matthew ialah badai terburuk sejak Perang Dunia II meskipun dampak terhadap ekonomi nasional AS minimum.
Badai itu diperkirakan mengakibatkan kerusakan senilai US$10 miliar. (AP/AFP/Ihs/I-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved