Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
FILIPINA, Rabu (12/10), mengumumkan rencana membuka sarana pemulihan narkotika terbesar yang didanai hartawan Tiongkok, untuk merawat lebih dari 10.000 penderita dalam perang melawan narkotika yang digencarkan Presiden Rodrigo Duterte.
Berita itu muncul enam hari menjelang kunjungan Duterte ke Beijing, didampingi ratusan pengusaha, saat ia mencoba membina hubungan lebih dekat dengan raksasa Asia itu dan tiap hari menyuarakan ketidakpuasannya terhadap sekutu lamanya, Amerika Serikat.
Beberapa ribu orang, kebanyakan pengguna dan pengedar narkotika kecil-kecilan, tewas di tangan polisi dan tindakan main hakim sendiri, sejak Duterte berkuasa pada 30 Juni 2016, dan berjanji memberantas ancaman narkotika.
"Prakarsa itu tidak hanya akan menguntungkan korban narkotika, yang ingin kami bantu dan rengkuh, tetapi juga untuk perubahan, yang kita harapkan untuk negara ini," kata Menteri Kesehatan Paulyn Jean Rosell-Ubial dalam jumpa pers.
Pusat rehabilitasi yang terletak di sebuah kamp militer di utara Ibu Kota Manila, itu didanai oleh filantropis Tiongkok dan pengembang perumahan Huang Rulun, yang kekayaan bersihnya menurut majalah Forbes diperkirakan senilai US$3,9 miliar.
Pusat rehabilitasi ini akan dibangun menggunakan 75 kontainer kapal material yang diimpor dari Tiongkok, kata Ubial.
Pemerintah berencana membangun empat pusat perawatan mega lain dan fasilitas-fasilitas rehabilitasi di tempat lain di negara tersebut, dan banyak donor, termasuk Tiongkok, yang mengajukan diri, imbuh dia.
Duterte berulang kali mengatakan Tiongkok telah mengungkapkan kesiapannya untuk membantu pemerintah memerangi obat-obatan ilegal, yang ia perkirakan telah mempengaruhi lebih dari 3 juta warga Filipina.
Namun, ia juga mengkritik Tiongkok karena tidak berbuat banyak untuk menghambat arus masuk metamfetamin ke Filipina.
Hanya satu atau dua persen dari pecandu narkoba atau 'mereka yang menyerah' dalam istilah Filipina, akan mendapatkan rawat-inap di pusat tersebut.
Sekitar 700 ribu pecandu mengajukan diri untuk mendaftar kepada pihak berwenang, tetapi negara tersebut saat ini memiliki fasilitas terbatas untuk membantu mereka.
Filipina melatih ratusan orang untuk menjadi staf di pusat rehabilitasi tersebut, yang akan membutuhkan 900 personel untuk merawat gelombang pertama sekitar 2.500 pasien.
Duterte yang telah memperingatkan kelompok HAM dan pemerintah asing yang mengungkapkan kekhawatiran mengenai operasi narkoba itu, menyebut para pengkritiknya 'bodoh' dan 'idiot', dalam sebuah pidato, Rabu.
Ia memastikan bahwa ia secara resmi telah mengundang pelapor khusus PBB untuk eksekusi di luar pengadilan, untuk menyelidiki pembunuhan terkait narkoba itu.
"Ini akan dibuka ke publik," kata Duterte menggambarkan penyelidikan seperti itu, "Tanyakan pada saya apa pun secara terbuka, beri saya hak untuk didengarkan." (Rtr/OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved