Perpecahan di Partai Republik

Indah Hoesin
12/10/2016 04:20
Perpecahan di Partai Republik
(AFP/Jessica Kourkounis)

HARAPAN para pe­mimpin Partai Republik untuk mencegah perpecaha­n, setidaknya sampai pemilu dilaksanakan, tampaknya telah runtuh. Berseberangan dengan Parlemen AS yang secara resmi menarik dukungan terhadap Trump, Komite Nasional Partai Republik (RNC) menyatakan tidak akan me­ninggalkan sang miliarder.

Ketua Parlemen AS Paul Ryan pada Senin (10/10) menegas­kan tidak akan mendukung kampanye atau membela Trump dalam pemilihan yang akan berlangsung 8 November mendatang. Ryan berpendapat, tujuan yang paling mendesak selama empat minggu ke depan ialah mencegah Republik kehilangan kontrol di Parlemen.

Ryan disebut telah mengakui kekalahan dengan mengataka­n akan mencurahkan energinya untuk memastikan Republik di Kongres akan cukup kuat menantang Hillary Clinton. Republik, ujarnya, akan memastikan mantan menteri luar negeri AS tersebut bakal mendapatkan ‘cek kosong’ sebagai presiden dari Demokrat.

Berbeda dengan Ryan, Ketua Komite Nasional Partai Republik (RNC) Reince Priebus meyakinkan anggota RNC bahwa partai tidak akan meninggalkan Trump dalam keadaan apa pun.

“Semuanya berada pada jalur, RNC akan terus mengoordinasikan upaya-upaya partai di negara bagian yang menjadi medan pertempuran kampanye Trump,” ujar Priebus.

Trump menanggapi sikap Ryan dengan mengatakan mantan calon kandidat capres urutan ketiga itu harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengurusi keseimbang­an anggaran, lapangan kerja, dan imigrasi ilegal, jangan membuang waktu dengan memerangi capres Republik.

Kekacauan internal di Partai Republik memuncak setelah sebuah video yang menunjukkan Trump menggunakan kata-kata kasar dan cabul terhadap perempuan tersebar luas. Video itu memicu kekhawatiran di kalangan petinggi Republik tentang prospek pada pemilu mendatang.

Sejauh ini Republik tidak panik karena diberikan mayo­ritas kursi 186 dari 246 kursi. Namun, mayoritas mengaku khawatir akan masalah Trump. Sebanyak 40 senator Partai Republik dan anggota Kongres telah menarik dukungan mereka, dengan 30 di antaranya meminta Trump berhenti dari pencalon­annya sebagai presiden AS.

Meski dukungan terhadap Trump terlihat menipis, calon wakil presiden Mike Pence mengatakan akan terus berdiri mendampingi sang miliader. Sebelumnya Pence diberitakan akan mengundurkan diri. Namun, Pence mengatakan dirinya merasa terhormat untuk berdiri bersama Trump dan membantah akan mengundurkan diri.

“Saya pikir malam itu dia Trump menunjukkan kesungguhannya untuk penduduk AS. Dia meminta maaf untuk keluarganya dan penduduk AS. Dia merasa malu akan hal tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, pendukung Trump di Kongres menunjukkan kemarahan kepada pemimpin Republik yang berpaling dari capres yang mereka pilih. Anggota Kongres dari California, Dana Rohrabacher, menyebut pemimpin Republik ‘pengecut’.

“Dia (Trump) telah berjuang melawan Clinton serta media. Sekarang dia harus berperang dengan tokoh Republik lainnya? Kami tidak akan memilih tokoh yang tidak memilih Trump,” ujar Kelley Anne Finn, 58, pendukung Trump dari Virginia Utara dalam unjuk rasa di depan Kantor RNC, Senin (10/10). (AP/Ihs/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya