Rusia Kirim Sistem Rudal Canggih

MI
06/10/2016 07:33
Rusia Kirim Sistem Rudal Canggih
(AP)

DI tengah meningkatnya ketegangan antara Moskow dan Washington, pihak Rusia mengirimkan seperangkat sistem rudal canggih ke Suriah. Langkah ini diambil Rusia setelah Amerika Serikat memutuskan menangguhkan pembicaraan perdamaian di Suriah.

Rusia, kemarin mengumumkan, sistem rudal tersebut di­­kirim melalui jalur laut ke pe­labuhan Tartus, Suriah. Ju­ru bicara kementerian pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan, rudal S-300 yang mereka kirim itu merupakan sistem pertahanan murni.

“Tidak menimbulkan ancam­an bagi siapa pun. Entah me­nga­­pa pengiriman S-300 ke Su­­riah menyebabkan persoal­an di antara rekan-rekan kami di Barat,” kata Igor. Dia pun mem­­bantah tudingan telah me­­ngebom rumah sakit di Aleppo.

Juru bicara Pentagon Peter Cook mengatakan sistem rudal Rusia tidak akan memengaruhi operasi udara pimpinan AS terhadap kelompok Negara Islam di Suriah utara. Washing­ton justru mempertanyakan mengapa Moskow melakukan pergerakan seperti itu.

“Terakhir saya cek, Rusia mengatakan bahwa tujuan uta­ma mereka ialah untuk melawan kelompok ekstremis seperti IS dan Front Al-Nusra di Suriah. Kita harus perhatikan, apakah ini benar-benar baik untuk Rusia dan pihak lain yang beroperasi di Suriah,” ujar Peter.

Setelah pengiriman rudal tersebut, AS meradang. Di saat Rusia mengoperasikan fasilitas angkatan lautnya di Tartus, AS mulai mengoperasikan sebuah pangkalan udara di luar Kota Latakia, yang saat ini menjadi pangkalan bagi pesawat tempur Rusia.

Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, “Kesabaran semua orang terhadap Rusia telah habis.” Menteri Luar Negeri John Kerry menyatakan pembicaraan mengenai perdamaian di Suriah dengan mitranya dari Rusia Sergei Lavrov, sudah berakhir. Saat ini Kerry akan fokus pada upaya mencari solusi diplomatik.

“Hanya karena kami telah menangguhkan sementara kerja sama dengan Rusia terkait Suriah tidak berarti bahwa kita telah menutup setiap pintu pada tindakan multilateral,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Mark Toner.

Kepala Keamanan AS dan Ke­bijakan Luar Negeri AS akan membahas masalah tersebut dalam pertemuan yang sudah dijadwalkan untuk pem­bahasan urusan diploma­tik, militer, intelijen, dan pilihan ekonomi menjelang pertemuan dengan Presiden Barack Obama.

Sementara itu, Rusia mengatakan pihaknya berharap adanya kebijaksanaan politik dan kelanjutan pertukaran pada isu-isu sensitif yang diperlukan untuk menjaga perdamaian dan keamanan.

AS-Rusia sempat sepakat melakukan gencatan senjata. Bahkan keduanya sepakat, ji­ka gencatan senjata ini berja­lan mulus, mereka akan bersama-sama memerangi ke­lompok ekstremis IS dan Front Al-Nusra di Suriah.

Namun rencana itu gagal total di tengah jalan. Setidaknya 300 ribu orang tewas dan jutaan lainnya ­mengungsi akibat konflik di Suriah. (AFP/Ths/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya