Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
LEBIH dari 35 tahun lalu, Mohammad Anwar telah menetap di wilayah Pakistan.
Saat memasuki Pakistan bersama ayah, ibu, dan saudaranya, ia masih berusia anak-anak.
Ia meninggalkan kampung halamannya di Afghanistan bersama ribuan pengungsi lain.
Kemarin, Anwar merasa tidak percaya dan tengah dirundung duka.
Pasalnya, ia diharuskan mengemasi barang-barang untuk diangkut dengan sebuah truk kuno menuju Afghanistan.
Barang-barang milik Anwar telah berada dalam truk.
Namun, hati dan jiwanya masih tetap di Peshawar, Pakistan.
Pasalnya, di kota tersebut, ia dan keluarganya menetap lebih dari tiga dekade.
"Kami tidak dapat melupakan waktu yang dijalani di sini. Kami diperlakukan seperti saudara. Insya Allah, kami akan kembali lagi, kali ini dengan paspor," ucap Anwar yang seakan tak rela meninggalkan Peshawar.
Anwar telah mengisi dokumen di kantor Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR).
Kantor PBB tersebut setiap hari selalu dipenuhi para pria bertopi dan beserban.
Sejumlah anak duduk di lantai gedung UNCHR.
Sementara itu, para perempuan yang mengenakan jubah berkerumun sambil mengipasi diri melawan panasnya sengatan matahari.
Para pengungsi itu tengah bergiliran untuk dikembalikan ke negara asal mereka, Afghanistan, yang dikoyak perang saudara.
Namun, mereka tengah diliputi kekhawatiran dan masih menghadapi ketidakpastian.
Pasalnya hingga kini, negara asal mereka masih dilanda perang.
Setelah melengkapi dokumen, mereka akan diangkut dengan kendaraan melintasi perbatasan Torkham yang berada di daerah pegunungan menuju Afghanistan.
Untuk melewati pos penjagaan perbatasan, mereka harus satu per satu diperiksa secara ketat.
Sebagian besar pengungsi sebenarnya tidak rela harus kembali ke negara mereka yang masih belum kondusif.
Bukan hanya Anwar, Khair Muhammad, 45, yang telah menetap selama 36 tahun bersama 21 anggota keluarganya sebenarnya menolak kembali ke kampung halamannya di Afghanistan.
"Kami telah menghabiskan waktu kami di sini," kata Khair yang kini berusia 45 tahun.
Namun, keputusan pemerintah menegaskan Khair dan pengungsi lainnya harus kembali ke Afghanistan.
Selain membawa anggota keluarganya, ia pun membawa sejumlah perlengkapkan rumah tangga yang diangkut dengan truknya, termasuk ternak sapi miliknya, sebagai bekal di kampung halaman.
Nasib serupa dialami Abdhur Rahman yang meninggalkan Afghanistan 30 tahun lalu.
Ia melarikan diri dari provinsi yang dikuasai Taliban.
Pria yang kini berusia 70 tahun itu bersama 25 sanak saudara harus kembali ke kampung halaman yang masih dikuasai Taliban.(AFP/Ire/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved