Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PRESIDEN Filipina Rodrigo Duterte bertekad mengakhiri latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat (AS).
Latihan militer yang akan dilakukan pada Oktober mendatang bakal menjadi latihan terakhir kedua negara.
Langkah itu diumumkan pemimpin yang berjuluk 'sang Penghukum' tersebut, Rabu (28/9), ketika ia melakukan kunjungan resmi ke Vietnam.
"Saya akan memberi tahu Anda sekarang ini akan menjadi latihan militer terakhir. Latihan bersama, Filipina-AS, yang terakhir," kata Duterte dalam pertemuannya dengan komunitas Filipina di Hanoi, ibu kota Vietnam.
Duterte mengatakan ingin membangun aliansi baru dengan Tiongkok untuk perdagangan dan niaga.
Duterte mengatakan Beijing tidak mendukung latihan perang dengan AS.
Namun, Duterte menegaskan aliansi militer antara Filipina dan AS yang disepakati pada 1951 akan dipertahankan.
"Jadi, saya mengeluarkan maklumat sekarang kepada Amerika dan para sekutu. Saya akan mempertahankan aliansi militer karena ada RP-US Pact yang ditandatangani negara kita awal 1950-an," ujar Duterte.
Ia juga akan membentuk aliansi baru untuk perdagangan dan niaga.
Dalam beberapa pekan terakhir, Duterte telah berulang kali menyatakan ingin membangun 'kebijakan luar negeri independen'. Dengan terbuka ia mengungkapkan ingin menciptakan 'aliansi terbuka' dengan seteru AS, Tiongkok dan Rusia.
Langkah Duterte untuk 'bersekutu' dengan Beijing mengejutkan karena Filipina dan Tiongkok tengah bersengketa atas wilayah di Laut China Selatan.
Bertegang
Latihan militer pendaratan amfibi (Philippine-US amphibious landing exercise/phiblex) yang melibatkan 500 tentara Filipina dan 1.400 tentara AS akan digelar pada 4-12 Oktober.
Latihan perang itu akan menjadi yang pertama di bawah pemerintahannya.
Latihan militer itu terpisah dari latihan perang bersama tahunan yang melibatkan kontingen yang lebih besar yang diadakan setiap April.
Dua sekutu lama itu telah bertegang dalam beberapa pekan terakhir. Duterte bersumpah mengeluarkan pasukan khusus AS dari wilayah selatan Filipina, hanya beberapa hari setelah ia menghina Presiden Barack Obama sebagai 'anak haram'.
Umpatan itu dilontarkan Duterte setelah AS dan Barat mengkritik kebijakan pemberangusan para pengedar obat terlarang yang dijalankannya.
Sekitar 3.700 orang dibunuh tanpa proses peradilan (extrajudicial killing) sejak genderang perang ditabuh 'sang Penghukum' saat ia mulai berkuasa, Juni lalu.
Sementara itu, dalam pernyataan kepada Aljazeera, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan 'terus berfokus pada hubungan luas dengan Filipina'.
"Aliansi kami salah satu yang paling abadi dan penting di Asia Pasifik. Ini telah menjadi landasan stabilitas selama lebih dari 70 tahun. Ini dibangun dengan pengorbanan bersama untuk demokrasi dan hak asasi manusia dan ikatan people-to-people dan sosial," ujar Julia Mason, juru bicara Deplu AS. (AFP/Phil Star/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved