Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
MANTAN milisi bersaksi dalam dengar pendapat di senat Filipina, Kamis (15/9), bahwa Presiden Rodrigo Duterte secara pribadi memberikan perintah pembunuhan semasa menjabat wali kota di selatan. Sejumlah pegiat mengatakan bahwa hukuman mati atas ratusan orang itu masih berlangsung.
Saat berbicara dalam penyelidikan parlemen atas penumpasan kejahatan oleh Duterte, Edgar Matobato berterus terang sebagai pembunuh bayaran kepada sejumlah senator, bahwa dia secara pribadi mendengar bahwa Wali Kota Davao Duterte memberikan perintah melaksanakan pembunuhan di luar peradilan.
"Tugas kami membunuh pelaku kejahatan, seperti, pedagang obat bius, pelaku pemerkosaan, dan penjambret," kata pria berusia 57 tahun itu, yang mengaku membunuh lebih dari 50 orang semasa bekerja di 'Pasukan Maut Davao'.
"Mereka mati seperti ayam," katanya dalam dengar pendapat itu, yang disiarkan televisi, yang menuduh putra tertua Presiden Duterte dan saat ini menjabat Wakil Wali Kota Davao, Paolo Duterte, pengguna narkotika, yang memerintahkan pembunuhan atas seorang pemilik hotel pada 2014.
Rodrigo Duterte sering menampik keterlibatannya dalam berbagai tindakan main hakim sendiri, baik saat masih menjabat wali kota maupun presiden. Dalam sambutan di depan publik, Kamis sore, dia tidak mempemasalahkan dengat pendapat di senat.
Kelompok hak asasi manusia mendokumentasikan sekitar 1.400 tuduhan pembunuhan di Davao sejak awal 1990-an dan para pengamat mengatakan bahwa perang berdarah terhadap narkoba yang dilancarkan Duterte berjalan lancar sejak dia menjabat pada 30 Juni.
Lebih dari 3.500 orang atau sekitar 47 per hari tewas dalam 10 pekan yang lalu. Sekitar 58 persen tewas karena serangan misterius dan sisanya dalam operasi polisi yang sah, demikian menurut polisi.
Matobato menyatakan bahwa selama 1990-an, dia mendengar Rodrigo Duterte memerintahkan pemboman masjid di Davao sebagai pembalasan atas serangan terhadap katedral. "Dia memerintahkan kami untuk membunuh orang Islam," kata Matabato mengungkapkan.
Sekretaris Kejaksaan Vitaliano Aguirre menggambarkan testimoni Matobato bohong, isapan jempol, dibuat-buat, dan membentuk imajinasi. Meroket Dalam dengar pendapat tersebut, Matobato mengatakan bahwa seorang pria dijadikan mangsa buaya dan sebagian besar korban dipotong-potong dan dikuburkan di kuburan massal.
Dia mengaku sebagian lainnya dilemparkan ke laut, perut mereka digorok untuk menghindari jasad tersebut mengambang.
Sekretaris Komunikasi Kepresidenan Martin Andanar menyatakan tidak yakin Rodrigo Duterte memiliki kapabilitas memerintahkan pembunuhan dan investigasi telah membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Meskipun keberadaan regu tembak Davao tidak pernah benar-benar terbukti,
istilah yang akrab di Filipina dan bagian dari narasi di balik meroketnya Presiden Duterte karena bukan kebohongan kerusakan kejahatan untuk menyembuhkan negara dari penyakit tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat sangat perhatian terhadap penumpasan terakhir yang mencemari dan menimbulkan peringatan Duterte yang meminta mereka agar tidak turut campur.
Paolo Duterte menyatakan menolak testimoni Matobato dengan mengatakan bahwa dia menganggap semuanya berdasarkan desas-desus. Sedikit-dikitnya pengenalan terhadap Matobato, yang secara sukarela memberikan kesaksian dalam penyelidikan senat pimpinan Leila de Lima, mantan Menteri Kehakiman, yang tidak setuju terhadap penumpasan gaya
Duterte.
De Lima belum mengatakan mengapa tidak berusaha menuntut Duterte atas pembunuhan di Davao saat dia masih menjabat Menteri Kehakiman dalam pemerintahan terdahulu saat Matobato pertama kali mendatanginya untuk meminta perlindungan.
Matobato mengatakan kepada sidang tersebut bahwa dia pernah menjabat sebagai paramiliter, yang berperang melawan pemberontak Maois dan memutuskan memberitahu semua tentang regu tembak Davao setelah mengakibatkan pembunuhan seorang pengusaha Davao. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved