Nenek Pejuang Antikorupsi

Indah Hoesin
01/9/2016 05:30
Nenek Pejuang Antikorupsi
(AFP/NOEL CELIS)

SELAIN peredaran narkoba, korupsi menjadi persoalan serius di Filipina.

Berdasarkan data Transparency International (TI) dalam Corruption Perception Index (CPI) 2015 yang diluncurkan secara global pada Januari lalu, negara yang kini dipimpin Rodrigo Duterte itu mencatat skor 35 dan menempati peringkat 95 dari 188 negara.

Skor CPI Filipina satu tingkat di bawah Indonesia.

Seperti halnya Indonesia yang tengah giat memberantas korupsi, pemerintah Filipina pun setali tiga uang.

Namun, yang cukup unik, tokoh pemburu pelaku korupsi di Filipina yang paling gigih justru seorang nenek berusia 75 tahun.

Tanpa mengenal rasa takut, dia telah menuntut sejumlah politisi hingga presiden negara tersebut.

Nenek tersebut adalah seorang pejabat Ombudsman Filipina bernama Conchita Carpio-Morales.

Pada 2012, rumah Morales pernah dilempari granat yang bertuliskan namanya.

Meski tak meledak, granat itu semacam simbol untuk menakut-nakuti dirinya.

Namun, hal itu tak membuat Morales kecut.

"Aku tidak takut. Orang-orang yang tengah diselidiki ialah pihak yang seharusnya merasa terintimidasi sehingga mereka berupaya menakuti saya," ujar Morales.

Berperang melawan korupsi merupakan pekerjaan berbahaya di Filipina karena saksi-saksi bahkan seorang hakim bisa ditembak mati dan politisi yang dihukum bisa bebas dan kembali terpilih menjabat.

Setelah empat dekade bekerja di pengadil-an negara yang korup, Morales sebenarnya berharap untuk pensiun.

Namun, mantan Presiden Benigno Aquino meminta dia menjadi kepala badan khusus untuk mengadili para pejabat korup.

Tugas ini diterimanya dengan lapang dada.

Terlahir di keluarga pengacara yang jujur, Morales memiliki jenjang karier yang lambat dan rumit karena karakternya yang tidak bisa disuap.

Meski demikian, dia akhirnya berhasil masuk ke Mahkamah Agung sebagai hakim perempuan pertama di lembaga itu pada 2010.

Morales merupakan seorang pekerja yang tidak mengenal lelah.

Sekarang dia bekerja 12 jam sehari selama sepekan di Ombudsman dan menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya di hari Minggu.

Morales sendiri berhasil meningkatkan rating kepercayaan terhadap lembaga yang dipimpinnya dari 41% menjadi 75% ketika mulai menjabat pada 2011.

"Perkembangan korupsi meningkat ketika orang-orang (para pelaku) berpikir bisa lolos," kata Morales yang kemarin dianugerahi

Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan Nobel versi Asia.

"Dia sangat sederhana, seorang pegawai negeri yang menginspirasi," ujar seorang hakim. (AFP/Indah Hoesin/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya