Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
UPAYA penyelamatan sembilan warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf mencapai titik krusial.
Menurut pengamat terorisme Universitas Al Azhar Indonesia, Adhe Nuansa Wibisono, sejak pemerintah Filipina di bawah Presiden Duterte mengambil kebijakan operasi militer terhadap Abu Sayyaf, risiko kematian yang dihadapi sandera WNI semakin tinggi.
"Pascaoperasi militer, Abu Sayyaf bisa saja melihat sandera WNI sebagai hambatan operasional dalam peperangan dan tidak lagi memperhitungkan nilai ekonomis mereka. Sandera bisa dibunuh atau dipenggal agar tidak mengganggu pergerakan mereka," ujar Wibi, sapaan akrab Wibisono saat dihubungi di Jakarta, kemarin.
Menurut Wibi, seharusnya pemerintah Indonesia bisa lebih aktif melakukan proses pembebasan sandera.
Kendati berlaku prinsip nonintervensi di kawasan ASEAN, pemerintah Indonesia tidak boleh hanya bersikap pasif dan melepaskan sepenuhnya tanggung jawab upaya pembebasan ke tangan Filipina.
"Sudah saatnya pemerintah Indonesia menekan Filipina agar dapat terlibat dalam operasi pembebasan. Jika dimungkinkan, pasukan Indonesia bisa diterjunkan untuk membantu mengepung kelompok Abu Sayyaf," kata Wibi.
Meskipun upaya pembebasan sandera kian sulit, tambahnya, pemerintah tetap memegang prinsip non-ransom policy.
Ini supaya kasus serupa tidak terus berulang.
"Negara tidak boleh mengalah. Jangan sampai Indonesia terus-menerus jadi sapi perah," tandasnya.
Seperti diberitakan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan pasukan militer untuk segera menghancurkan kelompok Abu Sayyaf.
Perintah itu dikeluarkan seusai kelompok tersebut memenggal seorang warga Filipina yang mereka sandera.
Saat ini Abu Sayyaf masih menahan 20 sandera termasuk di antaranya 9 WNI, 5 warga Malaysia, 1 warga Norwegia, dan 1 warga Belanda.
Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu membenarkan bahwa Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mendesak anggota Abu Sayyaf menyerah dengan mengancam kelompok separatis tersebut.
"Presiden Filipina sedang memberikan waktu kepada pemberontak Abu Sayyaf untuk menyerah saja. Ia mengatakan, kalau tidak menyerah, Abu Sayyaf akan dihabisi," kata Menhan di Jakarta, Kamis (25/8). (Deo/Ant/X-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved