Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMBANTAIAN massal warga Gaza di Palestina oleh Israel dan sekutunya, menjadi bencana kemanusiaan yang tidak bisa ditoleransi. Tidak berdayanya berbagai organisasi internasional terhadap kejahatan genosida yang dilakukan Israel membuat muak.
Sejumlah negara mengutuk kejahatan kemanusiaan itu dalam aksi nyata lewat pemutusan hubungan diplomatik maupun kerja sama dengan Israel.
Penolakan mereka menambah jumlah daftar negara yang ogah berhubungan dengan Israel yang saat ini mencapai 29 negara, termasuk Indonesia.
Baca juga : Menlu AS Datangi Timur Tengah, Ini Kata Pengamat
Wakil Menteri Luar Negeri Bolivia Freddy Mamani (kanan) saat mengumumkan pemutusan hubungan diplomatis dengan Israel. (Sumber : AFP/HO/Kemenlu Bolivia)
Baca juga : PBB Ingatkan Ledakan Kematian Anak Gaza karena Bencana Kelaparan
Bolivia mengatakan pihaknya telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada 31 Oktober 2023.
Bolivia menjadi negara pertama yang memutus hubungan diplomatik dengan Israel karena perang di Gaza, yang dilancarkan Israel sebagai balasan atas serangan 7 Oktober 2023 di Israel selatan oleh Hamas.
Pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel bukan hal baru bagi Bolivia. Pada 2009 silam, di bawah kepemimpinan Presiden Evo Morales, negara tersebut melakukan aksi serupa untuk memprotes tindakan Israel di Gaza.
Baca juga : AS Ingin Gencatan Senjata Sementara di Gaza, Hamas Ogah
Bolivia baru memulihkan kembali hubungan diplomatik dengan Israel pada 2019.
Presiden Kolombia Gustavo Petro. (AFP/Juan Pablo Pino)
Baca juga : Tekanan Dunia pada Israel Meningkat, Setelah Pembantaian di Rafah
Kolombia menarik duta besar mereka dari Israel untuk berkonsultasi pada 31 Oktober 2023.
Presiden Kolombia, Gustavo Petro lewat akun X resminya menyatakan dirinya telah menarik duta besar negaranya untuk Israel, Margarita Eliana Manjarrez Herrera.
"Saya telah memutuskan untuk memanggil duta besar kami di Israel untuk berkonsultasi. Jika Israel tidak menghentikan pembantaian rakyat Palestina, kami tidak bisa berada di sana," tulis Petro, dikutip dari NU Online.
Baca juga : Raja Yordania Desak Gencatan Senjata Gaza yang Berlangsung dalam Pembicaraan dengan Biden
Sejak dimulainya serangan ke Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, Petro aktif menyoroti aksi kekejaman Israel terhadap penduduk Palestina. Dia termasuk pemimpin dunia pertama yang mengutuk serangan Israel ke Gaza.
Setelah mengumumkan penarikan duta besar negaranya untuk Israel, Petro mengomentari sejumlah laporan media di platform X tentang serangan Israel ke Gaza.
"Ini disebut genosida, mereka melakukannya untuk menyingkirkan rakyat Palestina dari Gaza dan merebutnya. Kepala negara yang melakukan genosida ini adalah penjahat kemanusiaan. Sekutu mereka tak bisa bicara soal demokrasi," kata Petro.
Baca juga : Hamas Ingatkan Serbuan Israel di Rafah Berakibat Puluhan Ribu Tewas
Aksi protes serangan Israel ke Palestina dilakukan oleh warga Cile pada 25 Oktober 2023 lalu. (Sumber: AFP/Guillermo Salgado)
Baca juga : 4 Negara Arab Tegaskan Sikap soal Agresi Israel di Jalur Gaza
Pemerintah Cile juga menarik duta besar mereka untuk Israel. Mereka dipanggil pulang untuk berkonsultasi setelah Israel melanggar hukum kemanusiaan internasional di Jalur Gaza.
Cile menyerukan gencatan senjata dan akses untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke zona tersebut. Negara itu menyatakan bahwa Israel telah melanggar hukum internasional.
"Cile mengecam keras dan mengamati dengan penuh keprihatinan bahwa operasi militer ini yang pada tahap perkembangannya melibatkan hukuman kolektif terhadap penduduk sipil Palestina di Gaza tidak menghormati norma-norma dasar Hukum Internasional, dengan tewasnya lebih dari delapan ribu warga sipil, kebanyakan perempuan dan anak-anak," tulis Presiden Cile Gabriel Boric di akun X.
4. Yordania
Baca juga : 101 Hari Agresi Israel di Gaza, Joe Biden Frustasi
Menlu Yordania Ayman Safadi berbicara di depan Sidang Umum PBB, New York, AS, pada 26 Oktober 2023. (Sumber: Getty Images Via AFP)
Baca juga : Putusan Sela ICJ atas Kasus Genosida Israel Bisa Ubah Dunia
Pada Rabu, 1 November 2023, Yordania mengumumkan penarikan Duta Besarnya dari Israel. Otoritas Amman juga menyerukan kepada Duta Besar Israel di wilayahnya untuk menjauhkan diri dari unjuk rasa yang digelar memprotes pengeboman Israel terhadap Jalur Gaza.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Yordania Ayman Safadi dalam pengumumannya juga menyebut serangan tanpa henti oleh Israel terhadap Jalur Gaza telah menewaskan orang-orang yang tidak bersalah dan menyebabkan bencana kemanusiaan.
Safadi menegaskan Duta Besar Yordania hanya akan kembali ke Tel Aviv jika Israel menghentikan perangnya di Jalur Gaza dan mengakhiri 'krisis kemanusiaan yang diakibatkannya'.
Baca juga : Massa Aksi Bela Palestina Membubarkan Diri, Sekitar Kedubes AS Macet
"Ini untuk menunjukkan sikap Yordania yang menolak dan mengutuk perang Israel di Gaza, yang menewaskan orang-orang tidak bersalah dan menyebabkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya," ucap Safadi dilansir Reuters, Kamis (2/11/2023).
Lebih lanjut, Safadi mengatakan bahwa keputusan ini juga diambil karena Israel merampas makanan, air dan obat-obatan bagi warga Palestina setelah mereka mengepung Jalur Gaza usai serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Pada 1994, Yordania menjadi negara Arab kedua yang berdamai dengan Israel setelah Mesir pada 1979. Populasi Yordania mencakup lebih dari 2 juta pengungsi Palestina.
Baca juga : Aksi 100 Hari Genosida di Jalur Gaza Digelar di Depan Kedubes AS
Baca juga : Rakyat Palestina Puji Afsel di Depan Mandela
Aksi rakyat Bahrain yang mengutuk genosida di Gaza, Palestina, oleh penjajahan Israel pada 20 Oktober 2023 lalu. (AFP/Mazen Mahdi)
Gelombang protes pembantaian di Gaza oleh Israel berlanjut. Dewan perwakilan kerajaan Bahrain pada Kamis (2/11), mengusir duta besar Israel dan menyudahi hubungan ekonominya dengan negara zionis itu.
Baca juga : Blinken Terus Yakinkan Pemimpin Arab
Tindakan tersebut dilakukan untuk mendukung perjuangan Palestina dan hak-hak sah rakyat Palestina sebagai saudara.
"Dewan Perwakilan mengakui Duta Besar Israel untuk Bahrain telah angkat kaki dari kerajaan, sementara Bahrain memanggil kembali duta besarnya dari Israel dan memutuskan untuk menangguhkan semua hubungan ekonomi dengan Israel," bunyi pernyataan tersebut.
Keputusan ini tegas mengonfirmasi posisi sejarah dan kokoh Bahrain yang mendukung masalah Palestina dan hak-hak sah rakyat Palestina.
Baca juga : Afrika Selatan bakal Hukum Warganya yang Bela Tentara Israel
Abdulnabi Salman, Wakil Ketua pertama parlemen, mengonfirmasi keputusan tersebut kepada AFP, dengan mengatakan, "Konflik yang sedang berlangsung di Gaza tidak bisa ditoleransi dengan diam," cetusnya.
Bahrain dan Israel menjalin hubungan diplomatik pada 2020 sebagai bagian dari Abraham Accords yang ditengahi AS. Berdasarkan perjanjian tersebut, Israel juga menjalin hubungan dengan Uni Emirat Arab dan Maroko.
Kementerian luar negeri Israel mengatakan pihaknya belum diberi tahu mengenai keputusan itu dari Bahrain. Jika hal ini benar, itu akan menjadi tindakan pertama yang dilakukan oleh salah satu sekutu Israel di Teluk Arab.
Baca juga : Yordania: Kegagalan PBB Izinkan Israel Teruskan Genosida di Gaza
Pada September 2023 lalu, Bahrain dan Israel baru saja sepakat untuk meningkatkan hubungan perdagangan selama kunjungan Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen ke Manama untuk meresmikan kedutaan baru Israel.
Terdapat 29 negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Jumlah itu kini genap menjadi 30 negara dengan masuknya Bolivia yang memutuskan hubungan diplomatik ke dalam daftar tersebut.
Selain Bolivia, negara-negara yang tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel di antaranya Indonesia, Brunei, Malaysia, Iran, Pakistan, Arab Saudi, dan Qatar. (AFP/Z-4)
Facundo Pellistri mencetak gol pembuka pada menit kedelapan dan Darwin Nunez menggandakan keunggulan Uruguay setelah pertandingan memasuki menit ke-20.
Juan Jose Zuniga Macias, seorang komandan militer berpangkat tinggi di Bolivia, ditahan oleh kepolisian atas dugaan terlibat dalam upaya kudeta yang gagal.
Polisi Bolivia telah menangkap Jenderal Juan José Zúñiga, pemimpin upaya kudeta, setelah istana kepresidenan di La Paz diserbu oleh tentara.
Presiden Bolivia, Luis Arce, mengucapkan terima kasih kepada rakyatnya setelah menghadapi upaya kudeta yang mendapat kecaman internasional.
Istana presiden Bolivia diserbu oleh tentara, dan Presiden Luis Arce memperingatkan adanya kudeta yang sedang berlangsung.
Victor Manuel Rocha, mantan Duta Besar AS untuk Bolivia, yang ditangkap karena dituduh melakukan spionase untuk Kuba selama empat dekade, mengumumkan niatnya untuk mengaku bersalah.
Kanada berhasil menahan imbang Chile 0-0 yang mengantarkan mereka ke perempat final Copa America
Ribuan warga Chile menggelar protes di Santiago, menyerukan agar Kongres menyetujui reformasi sosial yang telah lama dinanti.
Dengan masuknya Odfjell Premium Organic Wine ke Indonesia ini akan makin memberikan alternatif pilihan ke wine lovers di Indonesia terutama untuk origin dari jenis new world wines.
Sebastian Pinera, mantan presiden Chile yang juga seorang pengusaha miliarder, meninggal dalam kecelakaan helikopter di Lago Ranco.
Chile berduka atas kebakaran hutan dahsyat yang telah menelan korban jiwa sebanyak 123 orang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved