Militerisasi di LCS kian Mengkhawatirkan

MI
11/8/2016 09:41
Militerisasi di LCS kian Mengkhawatirkan
(MI/Seno)

PASCAPUTUSAN Pengadilan Artibrase Permanen (PCA), sengketa di Laut China Selatan (LCS) terus memanas. Tiongkok tidak mengakui keputusan PCA yang menyatakan ‘Negeri Mao Zedong’ itu tidak memiliki dasar hukum atas klaim di perairan LCS.

Tiongkok pun mengumumkan langkah patroli pesawat tempur secara reguler sebagai upaya penerapan zona identifikasi pertahanan udara. Di lain pihak, Amerika Serikat, sebagai pendukung negara-negara seteru Beijing, menempatkan pesawat pengangkut dan menggelar patroli.

Kabar tera­nyar menyebutkan Vietnam mengirim peluncur roket ke Kepulauan Spratly. Meski pihak Hanoi membantah, eskalasi keha­diran militer di LCS makin mengkhawatirkan.

Setelah peng­umuman putus­an PCA, Beijing memperingatkan para seteru mereka agar tidak mengubah LCS sebagai medan perang. Namun, gerak-gerik Beijing memiliterisasi LCS terus meningkat.

Citra satelit terbaru yang dirilis lembaga Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) dan Center for Strategic and International Stu­dies (CSIS) memperlihatkan sebagian infrastruktur militer di tiga pulau buatan di Kepulauan Spratly semakin terlihat bentuknya.

Tiongkok membangun sejumlah hanggar jet tempur beserta landasan pacu di Fiery Cross, Subi Reef, dan Mischeef Reef. Perte­ngahan Juli lalu, Tiongkok sudah menguji coba landasan dengan mendaratkan pesawat sipil di pulau buatan Subi Reef and Mischief Reef.

Di samping itu, terdapat sejumlah bangunan dan menara yang belum bisa diidentifikasi fungsinya.

Menurut laporan AMTI dan CSIS, tiga pulau buatan itu masing-masing mampu menampung 24 jet tempur serta 4 pesawat besar. Artinya, Beijing bisa menempatkan sekitar 70 pesawat tempur.

Hanggar terkecil, menurut AMTI dan CSIS, bisa menampung jet tempur Tiongkok yang paling canggih yakni Shenyang J-11 dan Sukhoi Su-30, sedangkan hanggar terbesar diperkirakan cocok dengan ukuran pesawat pelacak KJ-200 dan pesawat pengangkut I­lyushin Il-76. Meski begitu, belum ada bukti-bukti kuat terkait dengan penempatan pesawat di pos-pos militer tersebut.

Jika dibandingkan, infrastruktur militer di tiga pulau buatan Tiongkok itu diperkirakan mampu mengimbangi kekuatan besar negara lain.

Kapal induk USS Ronald Reagan, misalnya, mampu membawa total 100 pesawat (seperempatnya helikopter). Sementara itu, angkatan udara Australia memiliki total jet tempur sekitar 80.

Bak menambah panas, Tiongkok akan menggandeng Rusia untuk latihan militer bersama. Unjuk kekuatan itu dijadwalkan digelar September mendatang.

Belum jelas apakah latihan militer tersebut akan digelar di wilayah sengketa LCS.
Namun, negara-negara seteru Tiongkok tampaknya tak akan tinggal diam dan terus mengamati peningkatan militerisasi Tiong­kok di LCS. (Dhika Winata/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya