Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
MEI lalu, seorang pria Bangladesh mengalami luka serius setelah kepalanya dipukul dengan batu. Saat itu, pria malang tersebut sedang mengendarai motor dan tiba-tiba dihadang seorang pria yang langsung menendang motornya. Begitu jatuh, si penyerang langsung menghajar kepalanya dengan batu.
Peristiwa itu bukan terjadi di Bangladesh, melainkan di Pulau Nauru, negara terkecil di dunia seluas 20 km persegi yang terletak di Pasifik. Pada dekade 1990-an, Nauru menjadi surga pajak dan pusat dari praktik pencucian uang. Namun, sejak 2001, Nauru mendapat bantuan dari pemerintah Australia.
Sebagai imbalannya, ‘Negeri Kanguru’ itu mendapat hak untuk mendirikan pusat penampungan sementara di pulau tersebut untuk para pencari suaka yang ingin memasuki negara itu.
Pria Bangladesh itu hanyalah salah satu dari ratusan pengungsi di Pulau Nauru, dan kejadian tragis yang dialaminya hanyalah satu dari rentetan cerita pilu yang ada di pulau itu serta menjadi perhatian para pemerhati hak asasi manusia, termasuk Human Right Watch dan Amnesty International.
Kisah-kisah semacam itu ternyata bukanlah isapan jempol. Belum lama ini, lebih dari 2.000 dokumen yang bocor ke publik, menyingkap praktik buruk yang terjadi di pusat penahanan pengungsi dan pencari suaka milik pemerintah Australia itu, mulai dari pelecehan seksual, penyiksaan, hingga pemerkosaan.
Kalangan pembela hak asasi manusia bereaksi keras menyusul bocoran arsip itu. Mereka mengkritik pemerintah Perdana Menteri (PM) Malcolm Turnbull karena dinilai gagal mengatasi kekhawatiran yang muncul selama ini tentang cara memperlakukan orang dewasa dan anak-anak dalam kamp pengungsi.
Dalam ribuan dokumen yang pertama kali disingkap oleh Guardian Australia itu menunjukkan lebih dari setengah korban ialah anak-anak dan perempuan remaja rentan mengalami kekerasan seksual.
Bocoran tersebut berasal dari saksi mata di lapangan, dari pekerja sosial, penjaga atau petugas keamanan, petugas medis, guru, hingga petugas perlindungan anak.
Salah satu rincian insiden yang tersingkap dalam laporan itu, yakni kasus seorang perempuan yang terpaksa menyakiti dirinya sendiri karena ia tidak ingin ‘laki-laki menyentuh tubuhnya’.
Tim O’Connor dari Dewan Pengungsi Australia menyebut ribuan laporan yang bocor tersebut memuakkan dan ia mendesak pemerintah untuk mengevakuasi semua orang atau pengungsi yang dikirim Nauru ke Australia.
Tidak Manusiawi
Direktur Human Rights Watch untuk Australia, Elaine Pearson, menyatakan ribuan arsip yang bocor itu melukiskan sebuah ‘gambaran mengganggu’ tentang perlakukan kejam di kamp Nauru.
“Kebijakan ini tidak manusiawi dan tidak bertanggung jawab, dan itu berarti para pengungsi dan pencari suaka tetap rentan menghadapi kekerasan dan penganiayaan lebih lanjut,” kata Pearson seperti dilansir ABC.
Sementara, Presiden Komisi Hak Asasi Manusia, Gillian Triggs, mengatakan dokumen-dokumen itu sangat menyedihkan untuk dibaca dan ia mengaku pihaknya telah menyerahkan bukti-bukti yang hampir serupa dengan laporan Guardian Australia kepada pemerintah dua tahun lalu.
Dalam merespons temuan itu, pemerintah Australia berkilah banyak laporan ‘tuduhan yang belum dikonfirmasi’.
“Pemerintah Australia terus mendukung pemerintah Nauru untuk menyediakan layanan kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan kepada semua orang yang ditransfer dan pengungsi,” kata seorang juru bicara Departemen Imigrasi.
PM Turnbull mengatakan pemerintah akan mengkaji ribuan dokumen yang dipublikasikan itu untuk melihat apakah ada keluhan yang belum ditangani dengan baik. (AFP/BBC/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved