Ribuan Orang Lepas sang Aktivis

25/7/2016 08:50
Ribuan Orang Lepas sang Aktivis
(AP/Heng Sinith)

PULUHAN ribu orang, kemarin, menghadiri pemakaman aktivis Kamboja, Kem Ley, yang tewas ditembak, dua pekan lalu. Ley, 46, yang kerap mengkritik pemerintah militer di negaranya, ditembak seorang bekas mantan tentara dan pendeta Buddha, Oueth Ang.

Sejauh ini belum jelas apa motif di balik penembakan itu. Ang didakwa melakukan pembunuhan yang diakuinya terkait soal utang. Namun, motif itu diragukan karena lemahnya penegakan hukum dan mudahnya mereka yang kritis dibungkam di Kamboja.

Dalam satu wawancara di stasiun radio sebelum terbunuh, Ley sempat membeberkan harta kekayaan PM Hun Sen beserta kroninya selama tiga dekade berkuasa.
“Dia merupakan cermin masyarakat. Dia seorang pahlawan. Kematiannya merupakan kehilangan bagi demokrasi,’’ ujar Hul Chan, seorang warga yang menghadiri prosesi pemakaman sang aktivis.

Ley tewas ditembak ketika sedang minum kopi di depan sebuah pom bensin di Ibu Kota Kamboja, Phnom Penh, dua pekan lalu. Selama ini dia dikenal sebagai aktivis sayap kanan yang prodemokrasi.

Kematiannya menimbulkan kekhawatiran bakal makin represifnya pemerintahan Hun Sen yang telah berkuasa dalam 31 tahun terakhir. “Mengapa orang baik seperti dia selalu dibunuh?” tanya seorang perempuan bernama Chhun Eang yang datang jauh-jauh dari Provinsi Battambang (sekitar 300 km dari ibu kota) untuk mengantar kepergian sang aktivis.

Prosesi pemakaman Ley menjadi ajang berkumpulnya warga dalam jumlah besar yang tak pernah lagi terlihat di negeri itu dalam beberapa tahun terakhir. ‘Hapus air mata, lanjutkan perjuanganmu’, demikian tulisan yang tertera di kaus bergambar wajah Ley yang dipakai sejumlah pelayat.

Long Kiet, seorang pensiunan yang juga hadir, mengatakan Ley dibunuh lantaran selalu kritis terhadap pemerintah. “Rezim ini tak segan-segan membunuh mereka yang kritis, entah kritikan yang disampaikan benar atau salah,” katanya.

Sebagai oposisi, Ley memang kerap mengkritik Hun Sen. Dia berseru agar Kamboja yang selama ini dikenal sebagai negara korup memasuki era baru politik yang bersih.

Ley yang juga seorang komentator di radio kerap membela hak-hak petani dan buruh. Dia juga sering mengunjungi langsung akar rumput untuk berdialog dengan kaum marginal.

Ang Sam Ath, aktivis dari sayap kanan kelompok Licadho, mengatakan kesedihan yang ditunjukkan warga atas wafatnya Ley merupakan cerminan keinginan masyarakat terhadap pemerintahan yang bebas dari korupsi. “Ley orang yang tegas dan berani mengkritik ketidakadilan,” ujar Sam Ath.

Sejumlah pakar hak asasi manusia PBB menaruh perhatian besar atas kematian Ley. Dalam sebuah pernyataan, mereka mengatakan kasus ini merupakan contoh buruk di Kamboja, yaitu para aktivis dan pegiat hak asasi manusia menghadapi pembungkaman.

Pimpinan oposisi dan Global Witness, sebuah kelompok aktivis Inggris, yakin kematian Ley merupakan sebuah konspirasi politik. (AFP/AP/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya