Merkel Bahas Antisipasi Serangan Teroris

Yanurisa Ananta
24/7/2016 06:30
Merkel Bahas Antisipasi Serangan Teroris
(AP/SEBASTIAN WIDMANN)

PASCAINSIDEN penembakan massal di Kota Muenchen, Jerman, yang dilakukan remaja laki-laki berusia 18 tahun, Ali David Sonboly, yang menewaskan sembilan orang, Kanselir Jerman Angela Merkel menggelar pertemuan dengan Dewan Keamanan Jerman, kemarin.

Hal tersebut disampaikan kepala staf Merkel, Peter Altmaier, kepada stasiun televisi ZDF. Ia melaporkan Merkel terus memberi informasi perkembangan insiden yang terjadi.

Selain Merkel dan kepala stafnya, pertemuan Dewan Keamanan Jerman dihadiri menteri luar negeri, menteri pertahanan, dan menteri dalam negeri. Seluruh menteri itu mengumpulkan informasi yang tersedia lalu mengevaluasi temuan soal kasus penembakan Jumat (22/7) waktu setempat.

“Kami akan melakukan segala hal yang bisa kami lakukan sehingga tidak ada celah teror dan kekerasan yang tidak manusiawi terjadi di Jerman,” pungkas Altmaier.

Sembilan orang tewas dan 16 orang luka-luka akibat tembakan senjata api semiotomatis Glock 17 yang dilakukan Sonboly pada pukul 17.00 waktu setempat di restoran siap saji McDonald’s di Hanauer Street, Muenchen, terletak tak jauh dengan Stadion Olympia.

Sonboly diidentifikasi tidak memiliki izin kepemilikan senjata api Glock 17 yang biasa digunakan penegak hukum di seluruh dunia.
Sebanyak 2.300 polisi Jerman dibantu petugas Swiss dan Austria dikerahkan pascaseorang saksi mata menghubungi polisi. Dari McDonald’s, pelaku berpindah ke pusat perbelanjaan Olympia, salah satu pusat perbelanjaan di Muenchen.

Pukul 19.00 waktu setempat, otoritas memperingatkan warga untuk menghindari tempat umum mengingat pelaku belum tertangkap. Tak jauh dari pusat perbelanjaan pukul 20.30, Sonboly ditemukan tak bernyawa akibat bunuh diri.


Tidak terkait IS

Presiden Jerman Joachim Gauck menyebut insiden ini ‘serangan mematikan’. Sementara itu, Presiden AS Barack Obama memberi dukungan terhadap Jerman dalam melawan teroris. Hal serupa juga dikatakan Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini. “Turut berduka kepada para korban, keluarga, dan seluruh masyarakat Jerman. Eropa akan bersatu,” kata Mogherini dalam akun Twitter.

Insiden Muenchen terjadi delapan hari setelah Mohamed Lahouaiej Bouhlel, 31, menabrak pengunjung perayaan Bastille Day di Nice, Prancis, dengan membabi buta. Hasil penyelidikan polisi menunjukkan tidak ada keterkaitan Ali Sonboly yang keturunan Iran dengan kelompok ekstremis Islamic State (IS).

Kepala Kepolisian Muenchen Hubertus Andrae mengatakan aksi Sonboly diduga kuat serupa dengan pembunuh­an anggota sayap ultrakanan, Anders Behring Breivik, dari Norwegia.

“Dipastikan tidak ada kaitan dengan Islamic State (IS). Itu merupakan serangan klasik yang dilakukan orang mengidap gangguan mental dan terobsesi dengan penembakan massal,” jelas Andrae.

Hasil penelusuran di kediaman orangtua Sonboly di area suburban Maxvorstadt, polisi menemukan dokumen tentang penembakan. Ditemukan juga buku panduan berjudul Amok in mind: Why student kill yang berarti ‘Pikiran marah: Mengapa siswa membunuh’ di dalam tas merah yang dibawa saat beraksi.

Jaksa Muenchen Thomas Steinkraus-Koch memaparkan Sonboly menderita depresi dan harus mendapat perawatan psikiater. Ditemukan juga gim penembakan di dalam komputer Sonboly saat penggeledahan rumahnya sekitar 2 mil dari lokasi kejadian.

Polisi merilis video yang di-posting ke dunia maya menunjukkan Sonboly mengaku selama tujuh tahun di-bully. Dikhawatirkan, aksinya itu sebagai aksi balas dendam terhadap rekan-rekannya yang kerap mengganggunya.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengecam serangan teror di Muenchen. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KJRI) Frankfurt melaporkan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban penembak­an. KBRI telah memperingatkan WNI di Muenchen untuk menjauhi lokasi pertokoan. (AFP/Daily Mail/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya